Kamis 16 Apr 2020 04:59 WIB

Korsel Tetap Jalankan Pemilihan Parlemen di Tengah Pandemi

Jutaan pemilih di Korsel mengenakan masker datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS)

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Petugas menghitung surat suara dalam pemilu Korsel, Rabu (15/4). Jutaan pemilih di Korsel mengenakan masker datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Foto: EPA
Petugas menghitung surat suara dalam pemilu Korsel, Rabu (15/4). Jutaan pemilih di Korsel mengenakan masker datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Jutaan pemilih Korea Selatan (Korsel) mengenakan masker datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Rabu (15/4). Pemerintah tetap melakukan pemilih anggota parlemen meski penyebaran virus corona belum selesai.

Komisi Pemilihan Nasional mengatakan 15,6 juta orang telah memberikan suara hingga pukul 17.00 waktu setempat. Ketika dikombinasikan dengan 11,8 juta yang memberikan suara saat pemungutan suara awal atau melalui surat, jumlah partipiasi keseluruhan adalah 62,6 persen. Angka ini adalah yang tertinggi sejak partisipasi dalam pemilihan umum 2004 dengan jumlah 60,6 persen.

Baca Juga

"Saya khawatir tentang virus corona. Mereka memeriksa suhu tubuh saya dan menyerahkan sarung tangan kepada saya, tetapi itu tidak merepotkan seperti yang saya kira," kata pemilih Chung Eun-young.

Warga yang tiba di TPS pukul 06.00 ini menyatakan dia memang tidak menginginkan kondisi pemilihan ketika wabah terjadi. Namun, dia memutusakn untuk memberikan suara agar mencegah kandidat parlemen yang tidak tepat akan terpilih.

Untuk mengadakan pemilihan parlemen sesuai jadwal, para pejabat dan otoritas kesehatan Korsel menyusun langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko penularan virus. Stiker menandai jarak satu meter dipasang untuk jarak sosial dari jalan-jalan terdekat ke bilik suara.

Petugas mengunakan masker memeriksa suhu dan memisahkan siapa pun yang demam atau tidak mengenakan masker ke tempat yang terpisah untuk memilih dan membersihkan fasilitas karantina setelah mereka memilih. Pemilih yang lolos pengecekan akan mendapat gel sanitasi dan sarung tangan plastik sekali pakai sebelum memasuki bilik.

"Tolong lakukan hak Anda yang berharga dengan memilih, tetapi juga menahan diri dari pertemuan atau kegiatan lain yang melibatkan banyak orang di ruang tertutup," kata pejabat Kementerian Kesehatan Yoon Tae-ho.

Pemerintah juga memetakan proses pemungutan suara bagi warga yang dikarantina di rumah. Pejabat mengirim sms pemilih yang memenuhi syarat di karantina sendiri sebelum pemungutan suara dan sekitar 13 ribu orang ingin berpartisipasi.

Warga yang tanpa demam atau gejala pernapasan diberi izin untuk meninggalkan rumah mulai pukul 17.20 sampai pukul 19.00. Langkah ini agar mereka bisa memberikan suara setelah pukul 18.00, ketika tempat pemungutan suara tutup untuk pemilih lainnya.

Warga tersebut harus dikawal atau dipantau melalui aplikasi pelacakan dan harus menjaga jarak dua meter di tempat pemungutan suara. Sementara pekerja yang mengenakan pakaian pelindung sepenuhnya harus mendisinfeksi stan setelah digunakan.

Pasien yang dirawat di rumah sakit atau yang saat itu berada di bawah karantina dua pekan dapat memilih melalui surat jika telah mengajukan permohonan pada akhir Maret. Sekitar 400 dari yang sakit ringan memilih di tempat penampungan sementara selama pemungutan suara awal pekan lalu.

Survei awal pemilih melalui jajak pendapat oleh stasiun TV Korsel menunjukkan Democratic Party Presiden Moon Jae-in dan partai yang didirikannya memenangkan kursi perwakilan bergabung di Majelis Nasional. Pemilihan empat tahun sekali ini secara langsung memilih 253 kursi distrik, sementara 47 sisanya pergi ke perwakilan proporsional.

Lusinan partai mendaftarkan kandidat untuk anggota parlemen. Namun pemilihan itu dipandang sebagai perlombaan dua arah antara Partai Demokrat yang berkuasa dan oposisi konservatif utama United Future Party.

Sebelum virus mulai menyerap perhatian publik, Moon melihat dukungannya goyah atas pasar kerja yang buruk, skandal korupsi seputar koalisi politik utama, dan diplomasi berantakan dengan Korea Utara. Namun, survei terbaru menunjukkan meningkatnya dukungan untuk Moon dan partai liberalnya karena program tes dan karantina yang agresif untuk virus corona.

Penasihat senior di International Crisis Group yang berbasis di Brussels, Duyeon Kim, menyatakan kemenangan partai yang berkuasa kemungkinan akan menguatkan Moon untuk menggerakkan kebijakan domestik dan luar negeri. Salah satunya melanjutkan kembali kerja sama antar-Korea dan mendorong pembicaraan AS-Korea Utara.

"Jika oposisi menang, Moon kemungkinan akan menjadi politikus yang keluar dan partai politik akan cepat berporos untuk mempersiapkan pemilihan presiden 2022," kata Duyeon.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement