Rabu 22 Apr 2020 12:49 WIB

PBB Kecam Penembakan Mobil WHO di Myanmar

Mobil WHO yang ditembak di Myanmar membawa swab uji Covid-19.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Mobil WHO yang membawa swab uji Covid-19 diserang di Rakhine.
Foto: Nyut Win/EPA
Mobil WHO yang membawa swab uji Covid-19 diserang di Rakhine.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW — PBB mengecam aksi penembakan terhadap mobil Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Peristiwa itu menyebabkan sopir meninggal dan seorang pejabat pemerintah terluka. 

“PBB sangat sedih untuk mengonfirmasi bahwa Pyae Sone Win Maung (sopir mobil WHO) telah meninggal setelah terluka dalam insiden keamanan di Kotamadya Minbya di Negara Bagian Rakhine pada malam hari Senin, 20 April 2020,” kata kantor PBB dalam sebuah pernyataan pada Selasa (21/4), dikutip laman UN News.

Baca Juga

Sekretaris Jenderal PBB turut mengecam insiden tersebut. Ia menyatakan belasungkawa kepada keluarga dari korban meninggal dan berharap yang terluka dapat segera pulih. Guterres menyerukan agar peristiwa itu diselidiki secara penuh dan transparan. 

Mobil WHO yang menjadi sasaran penembakan membawa swab dari pasien yang akan diuji Covid-19. Swab hendak dibawa dari Sittwe ke Yangon. 

Menurut Kementerian Informasi Myanmar, mobil PBB itu diserang oleh kelompok pemberontak. Namun Arakan Army, kelompok gerilyawan terbesar di Rakhine, menegaskan tak terlibat dalam serangan tersebut. 

Arakan Army justru menuding militer Myanmar bertanggung jawab atas peristiwa penembakan tersebut. Tuduhan itu pun segera disangkal. 

"Mengapa militer menembak mereka? Mereka bekerja untuk kita, untuk negara kita, kita memiliki tanggung jawab untuk hal itu. Setiap orang yang mempunyai otak mengetahui hal tersebut. Jika Anda seorang warga negara Myanmar, Anda seharusnya tidak menanyakannya," kata juru bicara militer Myanmar Mayor Jenderal Tun Tun Nyi pada Selasa (21/4). 

Rakhine memang wilayah bergejolak. Selama lebih dari satu tahun, Arakan Army yang menginginkan otonomi lebih besar di wilayah barat Myanmar, telah terlibat pertempuran sengit dengan pihak militer. Konfrontasi dan eskalasi meningkat baru-baru ini. 

Arakan Army bersama dua kelompok etnis bersenjata lainnya telah mengajukan gencatan senjata selama sebulan untuk April. Penyebaran Covid-19 menjadi alasan utama mereka melakukan hal tersebut. 

Namun, militer Myanmar menolaknya. Ia mengatakan bahwa gencatan senjata sebelumnya yang diumumkan pemerintah tidak diindahkan oleh mereka. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement