Selasa 05 May 2020 02:32 WIB

Inggris: China Harus Transparan Soal Wabah Corona

AS mengatakan China telah dengan sengaja menghancurkan bukti penyebaran Covid-19.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang anak bersama wanita mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus Corona saat melintasi trotoar di Beijing, Selasa (28/4). Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab China tentang krisis Covid-19. Menurutnya Beijng harus bersikap transparan dalam masalah ini.
Foto: AP / Andy Wong
Seorang anak bersama wanita mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus Corona saat melintasi trotoar di Beijing, Selasa (28/4). Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab China tentang krisis Covid-19. Menurutnya Beijng harus bersikap transparan dalam masalah ini.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab China tentang krisis Covid-19. Menurutnya Beijng harus bersikap transparan dalam masalah ini.

“China harus terbuka dan transparan tentang apa yang disangkalnya,” kata Wallace pada Senin (4/5). 

Baca Juga

Wallace mengaku setiap hari dirinya memperoleh buletin intelijen dari agennya di seluruh dunia. Namun dia enggan mengomentari laporan tersebut. “Saya tidak mengomentari buletin individual, apa yang saya sudah dan belum saya lihat. Itu akan salah,” ujarnya.

Konsorsium intelijen Five Eyes yang dipimpin Amerika Serikat (AS) mengatakan China telah dengan sengaja menghancurkan bukti penyebaran Covid-19. Tindakan itu dianggap merupakan serangan terhadap transparansi internasional. Informasi tersebut dimuat The Australian Telegraph.

Selain AS, negara lain yang tergabung dalam Five Eyes adalah Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan ada sejumlah besar bukti bahwa virus corona baru penyebab Covid-19 berasal dari laboratorium di Wuhan. Pernyataannya berlawanan dengan keterangan Kantor Direktur Intelijen Nasional AS yang menyebut Covid-19 bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetis.

“Ada sejumlah besar bukti bahwa (virus) ini berasal dari laboratorium di Wuhan,” kata Pompeo kepada ABC News “This Week” pada Ahad (3/5). 

Menurut dia, sejauh ini para ahli terbaik berpikir bahwa Covid-19 merupakan buatan manusia. “Saya tidak punya alasan untuk tidak mempercayai hal itu pada saat ini,” ujarnya. 

China telah berulang kali membantah bahwa Covid-19 berasal dari laboratorium di Wuhan. China pun menyangkal tudingan yang menyebutnya menutup-nutupi rincian tentang wabah Covid-19.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement