REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Beberapa negara Eropa yang menghadapi infeksi virus corona mulai melambat pada Jumat (15/5). Sedangkan di wilayah Amerika dan Asia mulai melakukan pelonggaran wilayah meski penyebaran infeksi belum selesai.
Slovenia yang secara bertahap mengurangi langkah-langkah lockdown ketat. Negara ini menyatakan bahwa penyebaran virus sekarang telah terkendali dan penduduk Uni Eropa sekarang dapat masuk dari Austria, Italia dan Hongaria.
Jerman bersiap untuk membuka perbatasannya dengan Luksemburg dan meningkatkan jumlah penyeberangan dari Perancis, Swiss dan Austria. Pengunjung dari luar masih perlu menunjukkan alasan yang kuat untuk memasuki Jerman, dan akan ada pemeriksaan mendadak sebagai upaya mengembalikan perjalanan gratis sebelum 15 Juni.
Beberapa wilayah Jerman juga setuju untuk menghentikan karantina wajib selama 14 hari bagi para yang datang dari UE dan beberapa negara Eropa lainnya, termasuk Inggris. "Jerman hanya akan mengatasi krisis korona jika kebebasan bergerak orang Eropa, barang dan jasa sepenuhnya pulih," kata Gubernur negara bagian barat Rhine-Westphalia Utara, Armin Laschet.
Jerman telah melaporkan lebih dari 170.000 infeksi Covid-19 dan hampir 8.000 orang meninggal dunia. Walau pun, lebih dari 150.000 orang telah pulih dan negara itu telah mengalami penurunan kasus dengan kurang dari 1.000 kasus baru per hari.
Sedangkan Eropa utara, Estonia, Latvia dan Lithuania menghapus pembatasan perjalanan antara negara-negara Baltik. Perdana Menteri Estonia, Juri Ratas mengatakan, langkah lain sedang diperispkan menuju kehidupan normal.
Austria dan Swiss juga bergerak maju dengan melonggarkan beberapa pembatasan perbatasan. Austria juga telah membuka kembali semua kafe dan restoran. Restoran dibuka kembali di lebih banyak negara bagian Jerman akan melanjutkan pertandingan sepak bola profesional pada akhir pekan setelah absen selama dua bulan.
Sedangkan di Amerika Serikat penjualan ritel anjlok dengan rekor 16,4 persen dari Maret hingga April karena penutupan bisnis. Laporan Departemen Perdagangan menyatakan, pembelian ritel menunjukkan sektor yang telah runtuh begitu cepat sehingga penjualan selama 12 bulan terakhir turun 21,6 persen.
Penurunan paling tajam pada Maret hingga April adalah di toko pakaian, toko elektronik, toko furnitur dan restoran. Perpindahan konsumen ke pembelian daring menjadi suatu kebutuhan yang berjalan.
Taman Nasional Grand Canyon dijadwalkan dibuka kembali pada Jumat. Keputusan ini memungkinkan pengunjung melakukan perjalanan tanpa dapat bermalam di tempat wisata itu. Beberapa wilayah di New York juga diperkirakan akan dibuka kembali setelah menjadi pusat kasus pandemi korona di AS.
Australia juga sudah memperbolehkan kafe dan restoran di Sydney dibuka kembali. Sedangkan di New South Wales memberikan izin bagi warga untuk keluar dan tempat-tempat ibadah dapat didatangi dengan membatasi hanya 10 orang di dalam untuk menerapkan batas sosial.
Jepang melakukan hal yang sama, beberapa sekolah, restoran, dan bisnis lain mulai dibuka kembali setelah negara mengangkat status darurat nasionalnya. Walau, pemerintah tetap memberlakukan pembatasan di daerah perkotaan, seperti Tokyo yang masih berrisiko.
Kepala kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa, Dr. Hans Kluge memperingatkan, panduan jarak sosial dan tindakan perlindungan lainnya lebih penting daripada sebelumnya. "Sangat penting untuk mengingatkan semua orang bahwa selama tidak ada vaksin dan perawatan yang efektif, tidak ada yang kembali normal," katanya.
Kluge menyatakan, virus korona tidak akan hilang begitu saja, sehingga perilaku masing-masing warga akan menentukan perilaku virus. "Pemerintah telah melakukan banyak hal, dan sekarang tanggung jawab ada pada rakyat," ujarnya.
Di seluruh dunia, ada lebih dari 4,4 juta infeksi virus korona dilaporkan dan 300.000 kematian. Sementara hampir 1,6 juta orang telah pulih sesuai dengan penghitungan yang disampaikan oleh Universitas Johns Hopkins.