Jumat 22 May 2020 15:46 WIB

Guatemala: Kenapa AS Kirimi Kami Pesawat Penuh Pasien Corona

Presiden Guatemala mengatakan AS tak juga mengirimkan bantuan masker.

Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, GUATEMAL CITY -- Presiden Guatemala Alejandro Giammattei mengkritisi Amerika Serikat karena mendeportasi migran yang terinfeksi virus corona. Langkah itu akan menekan sistem kesehatan Guatemala yang lemah.

"Kami memahami, AS ingin mendeportasi orang, tetapi yang tidak kami mengerti adalah mengapa mereka mengirimi kami penerbangan penuh pasien terinfeksi Covid-19," kata Giammattei dalam pembicaraan daring yang dipandu oleh Dewan Atlantik Adrienne Arsht Latin America Center.

Baca Juga

Terlepas dari pandemi virus corona dan upaya Giammattei untuk membatasi penerbangan deportasi dari AS, Presiden AS Donald Trump telah mengirim migran Guatemala kembali ke negara asal mereka. Dari orang-orang yang dideportasi, 119 orang dinyatakan positif mengidap virus itu, atau mencakup 5 persen dari 2.512 kasus di Guatemala.

"Kami memiliki masalah serius dengan orang yang dideportasi," kata Presiden.

"Kami belum diperlakukan oleh AS dengan cara yang menurut saya baik, sehubungan dengan orang-orang yang dideportasi."

Giammattei (64) seorang pensiunan dokter yang berjalan menggunakan kruk karena sklerosis juga mengatakan bahwa AS tidak sekalipun mengirim bantuan masker selama pandemi.

Kedutaan Besar AS mengeluarkan pernyataan yang memberikan perincian tentang bantuan ekonomi untuk Guatemala. Bantuan itu termasuk persediaan, pelatihan dan bantuan yang diberikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, serta dana senilai 2,4 juta dolar AS (sekitar Rp35,6 miliar). Bantuan itu digelontorkan melalui USAID.

"Amerika Serikat berkomitmen untuk kesehatan dan kesejahteraan rakyat Guatemala," kata Duta Besar Luis Arreaga dalam pernyataannya.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement