Selasa 26 May 2020 10:26 WIB

Fajar Abad Asia di Depan Mata

Tekanan agar Uni Eropa memihak AS atau China kian menguat

Rep: Ferry Kisihandi/ Red: Christiyaningsih
Pembahasan Covid-19 di markas Uni Eropa (ilustrasi). Tekanan agar Uni Eropa memihak AS atau China kian menguat.
Foto: EPA-EFE/JOHN THYS
Pembahasan Covid-19 di markas Uni Eropa (ilustrasi). Tekanan agar Uni Eropa memihak AS atau China kian menguat.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Abad Asia mungkin telah tiba, menandai berakhirnya sistem global yang selama ini didominasi AS. Kepala Kebijakan Politik Uni Eropa (UE) Josep Borrell melontarkan pernyataan tersebut kepada sejumlah diplomat Jerman, Senin (25/5) waktu setempat.

Pernyataan Borrell muncul di tengah perbincangan di Eropa bagaimana meniti jalan di antara kekuatan AS dan China. Kedua negara ini dalam beberapa waktu terakhir intens terlibat perseteruan baik di bidang perdagangan maupun politik.

Baca Juga

Ia mengungkapkan, banyak analis sudah lama bicara soal berakhirnya sistem global yang dipimpin AS dan datangnya abad Asia. "Sekarang ini terjadi di depan mata kita," kata Borrell seperti dilansir The Guardian.

Pandemi global corona, ia lihat sebagai titik balik dan ‘tekanan untuk memihak salah satu di antara mereka kian menguat’. Sikap UE ini mengonfirmasi rencana mempercepat perubahan kebijakan untuk lebih independen dan agresif terhadap Beijing.

"UE seharusnya mengikuti nilai dan kepentingannya sendiri dan mencegah dikendalikan oleh salah satu kekuatan, China atau AS. Kita perlu strategi lebih agresif, juga penting membangun hubungan dengan negara demokratis lainnya di Asia," ujar Borrell.

Sebelumnya, Borrell mengakui UE begitu naif mengenai sejumlah aspek tentang China. Namun, ia menegaskan saat ini sikap tersebut bakal berakhir. Dalam artikel yang diterbitkan bulan ini di sejumlah surat kabar Eropa, ia mendorong disiplin kolektif terhadap China.

Sejumlah pengamat mengungkapkan, UE tak nyaman dengan konfrontasi yang dipertontonkan Presiden AS Donald Trump terhadap China. Namun, UE juga menentang China yang dianggap mengancam kebebasan di Hong Kong melalui RUU Keamanan.

Margrethe Vestager, komisioner persaingan UE dan sosok kunci untuk menangani hubungan China-UE, menuturkan kurang adanya langkah timbal balik antara kedua belah pihak. Ia menggambarkan hal ini dengan budaya di barat Denmark, tempat ia tumbuh.

Ia diajari, jika dirinya mengundang seseorang untuk makan malam kemudian si tamu itu tak mengundang balik, maka sebaiknya ia tak lagi mengundang orang itu. Dalam konteks ini, ia menegaskan 'Eropa perlu lebih asertif dan percaya diri tentang jati dirinya'.

Pada musim semi 2019, UE memperkenal rumusan strategi dalam menjalin hubungan dengan China. Namun, belum diketahui bagaimana implementasinya di setiap negara anggota UE. Pada saat bersamaan, Italia menjalin hubungan strategis dengan China.

Italia menjadi negara Eropa pertama yang menandatangani kesepakatan investasi “belt and road” dengan China. Sejumlah negara secara individual juga memberikan jalan bagi perusahaan China, Huawei mengerjakan proyek jaringan 5G. AS selalu menolak Huawei.

Di sisi lain, Beijing pun berupaya meningkatkan hubungan dengan Eropa. Mereka menetapkan 2020 sebagai 'Tahun Eropa' dengan merencanakan dua pertemuan besar dan banyak penandatanganan kesepakatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement