REPUBLIKA.CO.ID, MINNEAPOLIS -- Unjuk rasa memprotes pembunuhan yang dilakukan polisi terhadap warga kulit hitam, George Floyd, berakhir ricuh. Amarah warga meledak setelah tersebarnya video rekaman polisi sedang menahan George Floyd pada Senin (25/5) malam lalu.
"Saya tidak bisa napas! Mohon, lutut di leher saya," kata Floyd dalam rekaman itu seperti dilansir dari situs berita setempat Minnesota.CBSlokal, Rabu (27/5).
Dalam rekaman video itu, terlihat petugas polisi menginjak leher pria berusia 46 tahun itu dengan lututnya. Penangkapan terjadi di luar Cup Foods di Chicago Avanue dan East 38th Street selama tujuh menit. Floyd meninggal dunia setelah di bawa ke Rumah Sakit Hennepin County.
Ribuan orang membanjir jalan tempat Floyd dibunuh. Mereka memenuhi jalanan tersebut tapi juga tersebar untuk menjaga jarak demi menjalankan peraturan pembatasan sosial.
Penyelenggara unjuk rasa menekankan demonstrasi ini berjalan damai. Warga berbagi rasa frustrasi dan duka. Para pengunjuk rasa berteriak 'Saya tidak bisa bernapas' dan 'Itu bisa saja saya'.
"Kami di sini agar mereka tahu kami tidak bisa menoleransi. Akan ada konsekuensi berat jika mereka terus membunuhi kami. Hal ini tidak akan terjadi lagi," kata salah satu pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa senang setelah mengetahui empat polisi yang melakukan pembunuhan dipecat. Tapi mereka mengatakan keadilan sesungguhnya tidak berjalan hingga ada dakwaan dan vonis.
Sejumlah pengunjuk rasa mulai berjalan menuju 3rd Precinct alamat yang diyakini tempat para polisi bekerja. Beberapa pengunjuk rasa mulai menginisiasi protes vandalisme. Mereka merusak gedung, mengguncang jendela, dan menyemprotkan cat ke mobil-mobil polisi.
"Ini benar-benar buruk, polisi harus memahami ini iklim yang telah mereka ciptakan, ini iklim yang mereka ciptakan," kata seorang pengunjuk rasa.
Lalu polisi mulai muncul dengan perlengkapan antihuru hara dan menembakan gas air mata serta granat asap. Pengunjuk rasa membalasnya dengan lemparan batu, botol air minum, dan apa pun yang bisa mereka raih.
"Saya jatuh berlutut dan memberikan tanda damai dan mereka menembakkan gas air mata ke saya dan saya katakan 'tembak lagi karena tanpa kekerasan tampaknya menyembuhkan," kata salah seorang demonstran.