Kamis 11 Jun 2020 17:09 WIB

Ahli Ingatkan AS, Kematian Covid Bisa Sentuh 200 Ribu Jiwa

Angka itu akan tercapai pada September jika tidak ada langkah taktis dari pemerintah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Health Institute Harvard memperkirakan Amerika Serikat (AS) mungkin akan menghadapi 200.000 kematian akibat virus Corona pada September, Rabu (10/6). Jumlah tersebut dapat terjadi ketika pemerintah tidak memberikan tindakan drastis.

"Bahkan jika kita tidak memiliki kasus yang meningkat, bahkan jika kita menjaga keadaan tetap datar, masuk akal untuk berharap bahwa kita akan mencapai 200 ribu kematian sekitar bulan September," kata Kepala Global Health Institute Harvard, Ashish Jha.

Baca Juga

Jha mengatakan, jumlah kematian akan terus meningkat, terlebih lagi dengan adanya pelonggaran yang terus dilakukan beberapa negara bagian. Padahal, jumlah kasus di negara ini telah mencapai angka 2 juta kasus pada Rabu.

"Dan itu baru sampai September. Pandemi tidak akan berakhir pada bulan September," ujar Jha.

Total kematian yang berhubungan dengan virus Corona berjumlah 112.754 pada Rabu dan menjadi yang terbesar di dunia. Jha mengatakan, hal itu terkait langsung dengan fakta bahwa AS adalah satu-satunya negara besar yang dibuka kembali tanpa membawa pertumbuhan kasusnya ke tingkat terkendali.

Hingga saat ini, tingkat orang yang melakukan tes positif untuk virus Corona tetap pada 5 persen atau lebih rendah selama setidaknya 14 hari. Jha mengatakan, kematian itu bukan takdir yang diterima begitu saja, karena dapat dicegah dengan meningkatkan pengujian dan pelacakan kontak, jarak sosial yang ketat, dan penggunaan masker yang tersebar luas.

Beberapa negara bagian AS telah melihat kasus virus Corona melonjak dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran besar di antara Jha dan para ahli lainnya yang mengatakan pihak berwenang melonggarkan pembatasan terlalu dini.

Laporan Reuters menyatakan, New Mexico, Utah, dan Arizona masing-masing melaporkan jumlah kasus meningkat sebesar 40 persen per pekan pada minggu ini. Wilayah Florida dan Arkansas juga menjadi titik pusat penyebaran virus pula.

Sebagian dari peningkatan ini karena lebih banyak pengujian, yang mencapai rekor tertinggi di 545.690 tes dalam satu hari pada Jumat (5/6). Namun, setelah itu pengujian kembali mengalami penurunan.

Terlebih lagi, warga melakukan perjalanan dan melanjutkan beberapa kegiatan bisnis serta sosial. Demonstrasi menggugat kematian George Floyd di tangan anggota polisi pun tidak bisa dihindari karena memancing kerumunan.

Para ahli khawatir bahwa protes, tanpa jarak sosial dapat menyebabkan lonjakan lain dalam kasus-kasus. Namun, Wakil Presiden Mike Pence mengatakan, tidak melihat tanda-tanda itu karena mereka yang turun ke jalan menggunakan masker dan tetap melakukan jarak sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement