Rabu 17 Jun 2020 12:05 WIB

Apa Isi Buku Bolton yang Membuat Trump Berang?

Trump meminta Bolton, Eks Penasihat Keamanan Nasional untuk hentikan penerbitan buku.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Donald Trump.
Foto: EPA
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menuntut mantan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton untuk menghentikan penerbitan sebuah buku yang berisi informasi rahasia Gedung Putih. Gugatan perdata yang dilayangkan di pengadilan federal Washington merupakan buntut dari peringatan Presiden Trump kepada Bolton.

Trump mengatakan, Bolton dapat menghadapi masalah hukum jika tetap menerbitkan buku yang dijadwalkan rilis pada pekan depan. Pemerintahan Trump berpendapat, Bolton tidak menyelesaikan ulasan pra-publikasi untuk memastikan bahwa buku yang dia terbitkan tidak mengandung informasi rahasia negara.

Baca Juga

Departemen Kehakiman meminta pengadilan federal dapat mendesak Bolton untuk menunda penerbitan bukunya dan menyelesaikan penyelesaian proses penunjauan keamanan nasional. Departemen Kehakiman juga meminta pengadilan federal untuk memberikannya hak atas semua hasil yang diperoleh Bolton dari penerbitan buku ini.

Dalam gugatannya, Departemen Kehakiman menyatakan bahwa Bolton mengantongi informasi rahasia negara yang paling sensitif. Para pejabat mengatakan, naskah buku setebal 500 halaman yang ditulis oleh Bolton mengandung informasi rahasia negara yang sangat penting.

"Buku itu berisi sejumlah besar informasi rahasia yang diminta untuk dihapus," ujar Departemen Kehakiman dalam gugatannya.

Buku yang ditulis Bolton berjudul, "The Room Where It Happened: A White House Memoir" seharusnya diterbitkan pada Maret lalu. Penerbitan buku tersebut telah dua kali ditunda, dan rencananya penerbit Simon & Schuster akan menerbitkannya pekan depan.

"Buku yang ditulis Bolton mencakup beragam topik, yakni kekacauan di Gedung Putih, tetapi juga penilaian pemain utama, proses pengambilan keputusan presiden yang tidak konsisten, scattershot, dan hubungannya dengan sekutu dan musuh, dari Cina, Rusia, Ukraina, Utara Korea, Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman," ujar pernyataan penerbit.

Pengacara Bolton, Chuck Cooper mengatakan, Bolton membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menulis buku tersebut. Selama proses penulisan, Bolton selalu berhati-hati agar tidak membeberkan informasi rahasia negara. Dia menuding Gedung Putih menggunakan informasi keamanan nasional sebagai alasan agar dapat mensensor buku Bolton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement