REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pasukan keamanan Irak menyerbu sebuah markas besar milik milisi kuat yang didukung Iran di Baghdad selatan Kamis (25/6) malam. Mereka juga merebut roket dan menahan tiga komandan kelompok itu.
Dua pejabat pemerintah Irak mengatakan kelompok milisi yang menjadi target operasi adalah Kataib Hezbollah. Kelompok itu didukung Iran dan dituduh para pejabat AS menembakkan roket ke pangkalan-pangkalan yang menampung pasukan AS dan berbagai fasilitas lainnya di Irak.
Penyerbuan itu adalah serangan paling berani selama bertahun-tahun oleh pasukan keamanan Irak terhadap kelompok paramiliter kuat yang didukung oleh Teheran. Milisi-milisi proksi Iran juga telah membangun dominasi militer, politik, dan ekonomi di Irak.
Perdana menteri baru Irak, Mustafa al-Kadhimi, telah mengindikasikan bahwa dia akan bersikap keras terhadap kelompok-kelompok milisi yang menargetkan instalasi AS. Serangan itu, yang terjadi setelah tengah malam, adalah tanda pertama yang akan ditindaklanjuti Kadhimidari pernyataan-pernyataan kerasnya.
Serbuan berlangsung setelah sejumlah serangan roket terjadi dekat kedutaan AS di Baghdad dan tempat-tempat keberadaan militer AS lainnya di negara itu dalam beberapa pekan terakhir. Belum ada komentar dari kelompok-kelompok milisi Irak atau dari Iran. Baik Teheran maupun Washington mendukung Kadhimi menjadi perdana menteri pada Mei.
Salah satu pejabat pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa salah satu dari tiga komandan yang ditahan dalam serangan itu adalah seorang warga Iran. Pasukan khusus Irak dari Counter Terrorism Service melakukan serangan itu.
Pejabat itu mengatakan, tiga komandan yang ditangkap diserahkan kepada militer AS. Namun, juru bicara koalisi pimpinan-AS di Irak membantah keterangan tersebut dan mengatakan militer dan koalisi AS tidak terlibat dalam serangan itu.
Pejabat Irak itu mengatakan, sedikitnya 20 pejuang lainnya ditahan selama penggerebekan tersebut. Ketegangan antara Washington dan Teheran, terutama di Irak, telah meningkat selama setidaknya satu tahun.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran hampir menjalar menjadi konflik regionalpada Januari setelah Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara oleh Amerika Serikat terhadap konvoi kedua petinggi militer itu di bandara Baghdad, Jumat. Selain Soleimani, komandan milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, juga terbunuh dalam serangan AS itu.
Dari Washington DC, AS, Pentagon memberikan pernyataan bahwa serangan yang menewaskan Soleimani itu ditujukan untuk menghalangi rencana serangan-serangan oleh Iran pada masa depan.