REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India membatalkan rencana pembukaan kembali destinasi wisata Taj Mahal pada Senin (6/7). Keputusan tersebut dikarenakan kekhawatiran risiko penularan virus corona baru atau Covid-19 yang menyebar di kota utara Agra dari pengunjung yang berbondong-bondong melihat monumen abad ke-17 itu.
Pihak berwenang setempat mengeluarkan maklumat baru pada Ahad malam waktu setempat, yang memerintahkan perpanjangan pembatasan lockdown atau karantina wilayah di Taj Mahal dan sekitar Agra. Meski begitu, perintah pemerintah itu tidak menentukan jangka waktu penutupan Taj Mahal yang telah ditutup sejak Maret itu.
"Demi kepentingan publik, telah diputuskan bahwa pembukaan monumen di Agra tidak akan disarankan pada saat ini", kata pejabat distrik dalam pemberitahuan yang dipublikasikan dalam bahasa Hindi.
Agra, salah satu wilayah dengan kelompok besar pertama penularan virus India, tetap menjadi kota yang paling parah terkena dampaknya di Uttar Pradesh, negara bagian dengan populasi terpadat di negara itu. Namun demikian, belum jelas apakah pemerintah federal akan membatalkan rencananya untuk membuka kembali monumen lain di seluruh negeri, seperti Benteng Merah yang bersejarah di New Delhi.
Infeksi Covid-19 di India meningkat pada laju tercepat dalam tiga bulan. Pada Ahad, kementerian kesehatan melaporkan rekor satu hari lonjakan 24.850 kasus baru dan lebih dari 600 kematian. Angka itu mendorong penghitungan keseluruhan India menjadi 673.165 kasus.
Namun demikian, pemerintah telah mencabut beberapa lockdown besar-besaran bagi 1,3 miliar orang di India. Lockdown telah menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan dan menutup bisnis.
Sementara penerbangan internasional tetap ditangguhkan, perjalanan domestik telah dibuka. Pemerintah berharap pengunjung akan mulai mengunjungi wisata kembali ke beberapa tujuan populer.
Zona penahanan, area yang diidentifikasi sebagai yang paling terdampak oleh virus tetap berada di bawah kebijakan lockdown ketat. Di daerah itu, akses terbatas dan pergerakan hanya diperuntukkan bagi barang dan layanan penting.
"Kami tidak mengharapkan pengunjung di sini karena kluster di sekitar Taj, termasuk toko-toko dan hotel ditutup," kata seorang pejabat pemerintah distrik setempat di Agra.