REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Ratusan warga Suriah yang tinggal di berbagai kamp di Idlib hidup di bawah kondisi yang tak manusiawi, kini mereka berisiko terjangkit penyakit menular parasit leishmania tropica, penyebab penyakit kulit (penyakit oriental sore).
Situasi kemanusiaan di seluruh wilayah Suriah akibat perang saudara yang telah memasuki tahun ke-10 masih mengkhawatirkan. Peningkatan serangan oleh rezim memaksa masyarakat untuk berlindung di kamp-kamp yang relatif lebih aman dari serangan, di mana ribuan orang yang terlantar mencoba bertahan hidup.
Kurangnya layanan infrastruktur dan obat-obatan medis di kamp-kamp tersebut diperburuk dengan wabah penyakit, yang juga dikenal sebagai leishmaniasis kulit, penyakit kulit menular yang dapat menyebabkan kecacatan yang serius. Lebih dari 400 keluarga tinggal di kamp di provinsi Idlib, barat laut Suriah, dan sudah 120 di antaranya telah terinfeksi penyakit ini, kata seorang penanggungjawab kamp Adnan Kaddur.
"Kurangnya obat-obatan, dan genangan air limbah menyebabkan penyakit, dan jumlah orang yang terinfeksi meningkat setiap hari," kata dia.
Di antara orang yang terinfeksi adalah Mohamad Al-Ibrahim, yang mengatakan tujuh anggota keluarganya juga sedang berjuang melawan penyakit itu. Setelah melarikan diri dari serangan rezim, dia berlindung di kamp bersama keluarganya.
"Kondisi kamp itu menyedihkan. Ada air kotor dan bau di sekitar kamp. Tujuh orang di keluarga saya terinfeksi penyakit ini, dan tidak ada obat-obatan. Kami juga mencari obat alternatif tetapi tidak ada gunanya. Penyakit ini semakin meluas, kami sangat khawatir. Pusat kesehatan jauh dari kamp ini," ungkap dia.
Suriah dirudung perang saudara yang ganas sejak awal 2011, ketika rezim Bashar al-Assad membungkam aksi protes pro-demokrasi. Ratusan ribu orang tewas sejak dan lebih dari 10 juta orang terlantar, menurut laporan PBB.
Idlib menjadi zona de-eskalasi berdasarkan kesepakatan antara Turki dan Rusia. Daerah gencatan senjata itu sering dilanggar oleh rezim Assad dan sekutunya. Saat ini, Idlib menjadi rumah bagi empat juta warga sipil, termasuk ratusan ribu pengungsi dalam beberapa tahun terakhir.