REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para ilmuwan memprediksi, ada satu dalam lima peluang suhu global tahunan menjadi 1,5 derajat celsius lebih hangat daripada di masa pra-industri dalam lima tahun ke depan. Ilmuwan di UK Met Office menunjukkan, temperatur global tahunan biasanya 1 derajat celsius di atas level sebelum masa industri di setiap tahun antara 2020 dan 2024.
Menurut analisis yang diterbitkan oleh World Metereological Organization (WMO), ada kemungkinan 20 persen bahwa suhu tahunan akan melebihi 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri setidaknya dalam satu tahun. Itu juga berpotensi meningkat dari waktu ke waktu.
Berdasarkan perjanjian global Paris, negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk menjaga agar suhu hanya naik "di bawah" 2 derajat celsius di atas tingkat pra-industri. Selain itu, perjanjian iklim Paris bertujuan mengejar upaya menjaga suhu 1,5 derajat celsius untuk menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Juru bicara iklim untuk UK Met Office, Grahame Madge menilai bahwa kenaikan 1,5 derajat celsius dalam satu tahun tidak berarti melanggar target perjanjian iklim Paris. "Tapi yang ditunjukkannya adalah seberapa dekat 1,5 derajat celsius dengan tempat kita saat ini," katanya.
Prakiraan ini menandai kolaborasi internasional baru yang dikoordinasikan oleh WMO dan dipimpin oleh UK Met Office yang mengambil analisis dari pusat-pusat prediksi iklim di Inggris dan sembilan negara lain termasuk Australia, AS dan China. Prakiraan iklim juga memprediksi akan ada peningkatan pemanasan Kutub Utara, dibandingkan dengan wilayah lain di dunia, dan akan ada peningkatan risiko badai di Samudra Atlantik. Prediksi tahun ini juga menujukkan banyak bagian Amerika Selatan, Afrika selatan, dan Australia cenderung lebih kering daripada di waktu lalu.
Suhu rata-rata Bumi sudah lebih dari 1 derajat celsius selama era pra-industri. Periode lima tahun terakhir adalah lima tahun terhangat yang pernah tercatat.
"Studi ini menunjukkan, dengan tingkat keterampilan ilmiah yang tinggi, tantangan besar ke depan ada pada pemenuhan kesepakatan Paris tentang target perubahan iklim menjaga kenaikan suhu global abad ini jauh di bawah 2 derajat celsius di atas tingkat pra-industri, dan untuk mengejar upaya untuk membatasi kenaikan suhu lebih jauh ke 1,5 derajat celsius," ujar Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dikutip laman Guardian, Kamis (9/7).
Penilaian tersebut memperhitungkan variasi alami serta pengaruh manusia terhadap iklim untuk memperkirakan suhu, curah hujan, dan pola angin selama lima tahun ke depan. Namun, itu tidak memperhitungkan perubahan emisi gas rumah kaca dan polusi aerosol sebagai akibat dari kebijakan lockdown pengekangan virus corona di seluruh dunia.
Prof Taalas mengatakan WMO telah berulang kali menekankan bahwa perlambatan industri dan ekonomi dari Covid-19 bukanlah pengganti untuk tindakan iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi. Oleh karena umur panjang karbon dioksida di atmosfer, maka penurunan emisi tahun ini tidak akan mengarah pada pengurangan gas rumah kaca di atmosfer.
"Sementara Covid-19 telah menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi internasional yang parah, kegagalan mengatasi perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem, dan ekonomi selama berabad-abad," ujarnya.
"Pemerintah harus menggunakan kesempatan untuk merangkul aksi iklim sebagai bagian dari program pemulihan dan memastikan bahwa kami tumbuh kembali dengan lebih baik," ujarnya menambahkan.