REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Badan intelijen domestik Jerman memperingatkan data pribadi konsumen yang terdaftar pada perusahaan pembayaran atau teknologi asal China bisa sampai ke tangan pemerintah negara itu.
Dalam laporan tahunan yang dirilis Kamis (9/7), agensi BfV mencatat bahwa kantor pemerintah China memiliki akses ke data yang disimpan di China oleh perusahaan, seperti Tencent, Alibaba, layanan web, dan penyedia mobilitas sepeda, seperti yang beroperasi di Jerman.
Kepala BfV, Thomas Heldenwang mengatakan data orang-orang Jerman tidak aman di tangah perusahaan China. Alasannya, mereka diharuskan secara hukum memberikan data kepada pemerintahnya.
“Setiap pelanggan di sini, di Jerman yang menggunakan sistem seperti itu seharusnya tidak terkejut, jika data ini disalahgunakan di Beijing,” kata Heldenwang.
Dia hanya bisa memperingatkan akan potensi itu. Pejabat tinggi keamanan Jerman itu menyatakan keprihatinan tentang ancaman hibrida dari China, termasuk pembelian perusahaan-perusahaan utama di Jerman.
Ketika membahas tentang infrastruktur kritis, seperti pasokan energi atau layanan 5G, Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer mengatakan orang-orang harus mempertimbangkan bagaimana dapat melindungi diri sendiri.
Dia menambahkan Jerman belum memiliki keputusan politik tentang apakah akan membiarkan perusahaan peralatan telekomunikasi China, Huawei menyediakan infrastruktur untuk penyedia layanan ponsel Jerman atau tidak?