Sabtu 18 Jul 2020 17:32 WIB

Krisis Ekonomi, Ratusan Nakes Lebanon Diberhentikan

RS AUB di Lebanon mengalami krisis ekonomi akibat Covid-19.

Krisis Ekonomi, Ratusan Nakes Lebanon Diberhentikan. Seorang pekerja menghitung uang di Beirut, Lebanon.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Krisis Ekonomi, Ratusan Nakes Lebanon Diberhentikan. Seorang pekerja menghitung uang di Beirut, Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Ratusan tenaga kesehatan di rumah sakit American University of Beirut (AUB), Lebanon diberhentikan dari pekerjaannya karena banyak RS di negara itu mengalami kesulitan keuangan di tengah krisis ekonomi akibat Covid-19.

Zawqan Abdelkhalek merupakan salah satu perawat yang diberhentikan oleh AUB, Jumat (17/7). Ia telah bekerja sejak 2012 di rumah sakit universitas itu.

Baca Juga

"Saya punya bayi perempuan, saya harus memberi dia makan dan minum serta membayar biaya vaksinnya," kata Abdelkhalek (29 tahun).

Saat diberhentikan, ia hanya menerima uang pensiun kurang lebih 500 dolar AS (sekitar Rp 7,3 juta). Kecilnya uang pensiun yang ia terima disebabkan oleh anjloknya mata uang pounds Lebanon terhadap dolar AS.

Abdelkhalek menyalahkan penguasa atas pemadaman listrik tiap hari dan naiknya harga kebutuhan yang membuat Lebanon terpuruk. "Kami tidak dapat berbuat apa pun. Siapa lagi yang mempekerjakan pegawai? Ini yang mereka berikan kepada kami dan sekarang mereka menyuruh kami menanam tanaman dan membeli lilin, (dan) kalian akan baik-baik saja, sementara kami terus terpuruk," kata dia.

AUB, merupakan salah satu universitas tertua di Lebanon dan pusat layanan kesehatan di Beirut. AUB belum memberi tanggapan terkait pemberhentian massal tersebut. Sejumlah media setempat dan beberapa pegawai mengatakan AUB memberhentikan lebih dari 500 pekerja, yang sebagian besar merupakan pegawai administrasi serta perawat.

Kepala AUB Fadlo Khuri mengatakan, akan memberhentikan sejumlah anggota staf akibat krisis ekonomi dan Covid-19 yang memengaruhi pendapatan RS. Khuri pada Mei mengatakan AUB, salah satu layanan kesehatan swasta di Lebanon, tengah menghadapi ancaman terbesarnya sejak lembaga itu berdiri pada 1866.

Tidak banyak data ekonomi yang tersedia di Lebanon, tetapi banyak usaha tutup selama pandemi. Sedikitnya 220 ribu pegawai di sektor swasta diberhentikan sejak Oktober sampai Februari, menurut hasil survei Info Pro. Kemungkinan, angka pengangguran akan terus memburuk.

Seorang petugas perawatan sarana dan prasarana AUB, Mahmoud Edelbe, yang juga diberhentikan, Jumat, mengatakan saat bekerja ia hanya menerima upah bulanan kurang lebih 100 dolar AS (sekitar Rp 1,46 juta) mengingat pounds Lebanon, dikenal dengan lira, kehilangan 80 persen nilainya di pasar mata uang.

"Apakah kami beban bagi universitas?" kata dia dekat puluhan eks pegawai yang memenuhi pintu masuk rumah sakit. "Kami pihak yang tidak diuntungkan, kami, yang tidak punya siapa pun untuk membantu kami," kata dia.

Beberapa lulusan AUB lewat media sosial mengkritisi banyaknya petugas keamanan yang berjaga dekat kampus dan rumah sakit saat pemecatan massal itu dilakukan, Jumat. Seorang saksi melihat 10 kendaraan bersenjata terparkir di dekat AUB.

"Saya menghabiskan waktu siang malam di universitas ini, ini rumah saya. Akhirnya, kalian membuang saya," kata Khaled al-Homsi (59), seorang ayah dengan lima orang anak. Al-Homsi telah bekerja di AUB selama 35 tahun.

Ia mengkhawatirkan masa depannya, mengingat tak banyak lapangan kerja tersedia. "Saat ini, satu juta lira hanya setara 100 dolar AS, apa yang dapat saya lakukan dengan uang ini?" kata al-Homsi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement