REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tingkat kematian akibat wabah virus SARS-CoV-2 alias Covid-19 di Amerika Serikat (AS) meningkat. Hal itu membuat sejumlah negara bagian kewalahan untuk mengurus jenazah
Berdasarkan catatan, sebanyak 1.000 pasien meninggal dunia dalam dua hari secara beruntun akibat infeksi virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China.
Seperti diwartakan Reuters, Kamis (23/7), naiknya tingkat kematian akibat virus tersebut terlihat di 23 negara bagian di AS. Di antara negara bagian yang paling menonjol tingkat kematian akibat virus Covid-19 adalah Alabama, Nevada, dan Texas.
Berdasarkan catatan, angka kematian yang melebihi 1.000 kasus dalam sehari terakhir terjadi pada 5 hingga 6 Juni lalu. Reuters membandingkan jumlah kematian dari pekan terakhir dengan dua pekan sebelumnya. Dari perbandingan itu, Reuters mendapati, meskipun angka kematian dalam beberapa pekan terakhir masih tinggi tetapi angka itu masih di bawah catatan kematian pada April lalu. Saat itu, tingkat kematian akibat virus Covid-19 di AS mencapai 2.000 kasus per hari.
Pemerintah Texas bahkan sempat menyimpan jasad penderita Covid-19 di dalam pendingin yang berada di sebuah truk akibat meroketnya tingkat kematian tersebut. Kawasan di ujung selatan negara bagian di perbatasan AS dengan Meksiko, Hidalgo bahkan telah mencatatkan kenaikan tingkat kematian hingga 60 persen pada pekan lalu.
Juru bicara pemerintah negara bagian mengungkapkan, krematorium di kawasan tersebut memiliki daftar tunggu selama dua pekan. Hal tersebut kemudian memaksa mereka menggunakan lima truk berpendingin yang masing-masing dapat menampung 50 mayat.
Sementara, lebih dari 142 ribu nyawa telah hilang karena virus di AS selama lima bulan terakhir. Catatan itu masih menjadi yang tertinggi di dunia. Di antara 20 negara dengan wabah terbesar, AS peringkat keenam tertinggi di dunia untuk kematian per kapita.