REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani perawatan medis pada Kamis (23/7). Belum diterangkan kondisi dan perawatan apa yang akan dijalani Sheikh Sabah.
Kuwait News Agency yang mengutip keterangan Menteri Urusan Istana Kerajaan Kuwait pada Rabu (22/7) melaporkan tim medis kerajaan adalah pihak yang menyarankan Sheikh Sabah dirawat di AS. Dia diharapkan dapat menyelesaikan perawatan setelah prosedur operasi yang berhasil.
Namun laporan tak memperinci sifat operasi dan perawatan lanjutan apa yang harus dijalani Sheikh Sabah. Istana pun tak menyinggung kondisi terakhir Sheikh Sabah sebelum diterbangkan ke AS. Dilansir laman Al Araby, KTV1, salah satu saluran televisi yang dikelola Pemerintah Kuwait menyiarkan doa untuk keselamatan sang emir.
Pada Agustus 2019, Kuwait mengakui bahwa Sheikh Sabah yang telah berusia 90 tahun menderita "kemunduran" medis yang tidak ditentukan. Hal tersebut mengharuskannya dirawat di rumah sakit. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif sempat menulis di akun Twitter pribadinya bahwa dia mendoakan keselamatan Sheikh Sabah.
Pada 2002, Sheikh Sabah sempat menjalani operasi usus buntu. Kemudian pada 2007, ia menjalani operasi saluran kemih di AS. Pada September 2019, dia menjalani tes medis di AS yang menyebabkan agenda pertemuannya dengan Presiden Donald Trump dibatalkan.
Sheikh Sabah secara luas dianggap sebagai arsitek kebijakan luar negeri Kuwait modern. Dia telah mendorong diplomasi untuk memecahkan masalah-masalah regional. Salah satunya boikot yang dilakukan empat negara Teluk yakni Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) terhadap Qatar. Perselisihan yang terjadi sejak Juni 2017 itu masih berlangsung hingga kini.