REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia melaporkan jumlah kematian akibat virus corona tertinggi dalam tiga bulan, pada Kamis (23/7). Negara bagian Victoria mengkonfirmasi 403 kasus baru dan lima kematian baru dalam 24 jam terakhir.
"Ini menunjukkan semakin meningkatnya jumlah virus yang menyerang masyarakat kami," ujar Menteri Kesehatan Jenny Mikakos.
Secara nasional, Australia mencatat sekitar 13.000 kasus virus corona dengan 128 kematian. Peningkatan kasus baru terjadi setelah Australia mulai melonggarkan pembatasan sosial yang diberlakukan sejak pertengahan Maret. Di sisi lain, pembatasan sosial dan penutupan bisnis telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian negara.
Negara bagian Victoria telah memberlakukan pembatasan sosial secara ketat dan mewajibkan warganya mengenakan masker. Warga yang tidak menggunakan masker akan didenda sebesar 200 dolar A. Perdana Menteri Victoria, Daniel Andrews mendesak warganya untuk mematuhi protokol kesehatan. Dia mengatakan, saat ini ada kasus empat anak yang dirawat di rumah sakit karena positif Covid-19.
"Kita semua perlu bekerja sama, melakukan hal-hal sederhana, melakukan, hal-hal besar dan kecil, masing-masing dari kita untuk saling melindungi," kata Andrews.
Pemerintah melaporkan defisit anggaran terbesar sejak Perang Dunia Kedua setelah melakukan stimulus fiskal sekitar 289 miliar dolar A, atau 14,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Bendahara Australia, John Frydenberg mengatakan defisit anggaran mencapai 85,8 miliar dolar AS pada akhir Juni 2020. Defisit akan terus berlanjut pada tahun depan yang diperkirakan mencapai 184,5 miliar dolar AS pada 2020-2021.
"Australia mengalami krisis kesehatan dan ekonomi seperti yang belum pernah kita lihat dalam 100 tahun terakhir. Ekonomi kita telah terpukul dan ada banyak tantangan yang kita hadapi," kata Frydenberg.