REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran meminta warganya meringankan tugas petugas dan staf medis dalam menangani wabah Covid-19. Hal itu dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Sima Sadat Lari mengatakan pemerintah cukup mencemaskan kondisi dan ketahanan para petugas medis di garis depan penanganan Covid-19.
"Kekhawatiran terbesar kami adalah infeksi dan kelelahan staf medis. Kita dapat membantu mereka dan mencegah penyebaran penyakit ini dengan mematuhi pedoman dasar seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak sosial," ungkapnya pada Ahad (26/7), dikutip laman Al Araby.
Awal Juli lalu Iran mengatakan bahwa lima ribu petugas kesehatan di negaranya telah terinfeksi Covid-19. Sebanyak 140 di antaranya meninggal akibat virus tersebut. Itu menjadi pukulan sekaligus tantangan bagi Iran mengingat ia merupakan salah satu negara yang paling parah terdampak pandemi di Timur Tengah.
Kematian akibat Covid-19 di Iran telah melonjak sejak akhir Juni. Selama sepekan terakhir, Iran selalu melaporkan lebih dari 200 kematian akibat virus Corona. Jumlah tertinggi tercatat pada Selasa pekan lalu, yakni sebanyak 229 orang.
Sebanyak 12 dari 31 provinsi di Iran telah dikategorikan sebagai "zona merah". Merah adalah kategori tertinggi pada skala risiko infeksi Covid-19. Sementara 13 provinsi lainnya berstatus "siaga" atau mendekati merah. Otoritas Iran telah memungkinkan provinsi-provinsi terkait itu menerapkan kembali pembatasan sosial yang telah dicabut secara bertahap pada April lalu.
Saat berita ini ditulis, Iran memiliki 291 ribuan kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 15.700 jiwa.