REPUBLIKA.CO.ID, COCHABAMBA -- Empat penjara terpadat di wilayah Cochabamba, Bolivia rusuh karena kematian seorang tahanan yang diduga terinfeksi Covid-19. Media lokal memperlihatkan foto-foto tahanan yang naik ke atap penjara untuk meminta akses pemeriksaan dokter dan obat-obatan.
"Kami mendesak masuknya tim medis untuk melakukan evaluasi di dalam fasilitas penjara untuk mencegah lebih banyak kematian," kata ombudsman Cochabamba, Nelson Cox.
Cox mengatakan delapan napi telah meninggal dunia karena infeksi virus corona. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa virus dapat menyebar ke seluruh populasi penjara. Kerabat seorang tahanan di penjara San Sebastian, Susana, mengatakan para tahanan tidak memiliki akses dokter dan obat-obatan.
"Tidak ada dokter, tidak ada obat-obatan. Mereka sekarat di dalam penjara. Tidak mungkin membiarkan mereka mati. Kami adalah manusia," ujar Susana yang menolak memberikan nama belakangnya.
Pihak berwenang menerangkan lebih dari 60 kematian akibat infeksi virus corona di penjara Bolivia yang penuh sesak. Kapasitas seluruh penjara di Bolivia telah lebih dari 240 persen. Dalam beberapa bulan terakhir terdapat beberapa kematian akibat virus corona. Kurangnya tes virus corona menyebabkan peningkatan jumlah kematian tahanan karena virus itu.