Sabtu 01 Aug 2020 02:14 WIB

Sejumlah WNI di Malaysia Apresiasi Penangkapan Djoko Tjandra

Djoko Tjandra ditangkap di Malaysia pada Kamis (30/7).

Buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali Djoko Tjandra (kiri) yang ditangkap di Malaysia ditunjukkan kepada media saat konferensi pers di kantor Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (30/7/2020). Djoko Tjandra berhasil ditangkap setelah buron selama sebelas tahun mulai dari 2009 hingga 2020 usai divonis dua tahun penjara oleh Mahkamah Agung. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali Djoko Tjandra (kiri) yang ditangkap di Malaysia ditunjukkan kepada media saat konferensi pers di kantor Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (30/7/2020). Djoko Tjandra berhasil ditangkap setelah buron selama sebelas tahun mulai dari 2009 hingga 2020 usai divonis dua tahun penjara oleh Mahkamah Agung. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Malaysia memberikan apresiasi terhadap penangkapan buronan kasus pengalihan hak tagih atau cessie Bank Bali Djoko Tjandra di Kuala Lumpur, Kamis (30/7). Apresiasi ini disampaikan oleh Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia (PPI) Universiti Teknologi MARA (UiTM) Inna Djunaenah dan Sekretaris Majelis Perwakilan KAHMI Malaysia Yuri Buchari.

"Terlepas dari beberapa tudingan dan pandangan terhadap serangkaian 'drama' mengenai siapa saja yang turut serta dalam skenario yang sedang masyarakat saksikan terkait dengan pelarian dan tertangkapnya Djoko Tjandra, secara normatif proses hukum yang dikehendaki memang sedang terjawab kebutuhannya," katanya.

Menurut dosen Fakultas Hukum Universitas Padjajaran ini, tentunya sudah dan akan banyak pandangan dari pakar hukum yang lain, terutama hukum pidana, yang mengerucut pada proses yang harus berjalan kemudian.

"Ini menunjukkan sikap kooperatif pemerintah Federasi Malaysia untuk mengembangkan posisinya sebagai negara tetangga yang siap membangun kemitraan yang berarti," katanya.

Bagi pemerintah Malaysia, kata dia, hal ini memberikan jawaban bahwa rezim yang sekarang tidak seperti yang disangkakan publik karena pernah memiliki hubungan politik yang baik dengan mantan Perdana Menteri Najib Razak.

"Kebutuhan menanamkan posisi kooperatif seperti ini penting bagi Malaysia, di antaranya karena akan dapat menargetkan mahasiswa internasional yang makin banyak asal Indonesia," katanya.

Sejauh ini, menurut dia, posisi mahasiswa Indonesia secara sosiologis mendapat tempat yang baik bagi civitas academica di kampus-kampus di Malaysia.

"Begitu juga bagi pengembangan hubungan antarpemerintah (G-to-G), Malaysia tampaknya memiliki pandangan yang cukup jauh mengenai kebutuhan hubungan persahabatan dengan Indonesia untuk menjalankan urusan dan isu-isu yang lebih luas secara global," katanya.

Sekretaris Majelis Perwakilan KAHMI Malaysia Yuri Buchari juga mengaprasesiasi langkah dan keberhasilan Polri menangkap Djoko Tjandra.

"Sungguh ini sebuah sinyalemen bahwa institusi ini bisa menjadi tulang punggung penegakan hukum yang adil sesuai dengan cita-cita Pancasila, sekaligus menjadi jawaban terhadap keraguan sebagian orang bahwa penegakan hukum itu tumpul ke atas," katanya.

Alumnus Universitas Islam Antarbangsa Malaysia (IIUM) ini mengharapkan pengusutan tuntas terhadap kasus tersebut dengan seadil-adilnya.

"Kami berharap agar institusi Polri mampu mengurai permasalahan ini dan mengadili seadil-adilnya mereka yang terlibat sesuai dengan porsi dan intensitas masing-masing," katanya.

Yuri mengatakan, bahwa penangkapan tersebut sekaligus menjawab tuduhan yang berseleweran bahwa Djoko Tjandra dilindungi elite Malaysia, padahal pemenrintah Malaysia malah begitu rapi memberikan kerja sama.

"Hal ini perlu diapresiasi sekaligus bisa dijadikan iktibar bahwa penegakan hukum itu di atas segalanya, termasuk di atas elite-elite negera sekalipun," kata pria asal Madura tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement