REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taiwan untuk sementara menyetujui penggunaan deksametason untuk mengobati Covid-19. Negara tersebut menghadapi kekurangan obat antivirus setelah Amerika Serikat membeli hampir semua pasokan global.
Dilansir dari Channel News Asia, Wakil Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan, Chuang Jen-hsiang, mengatakan para ahli medis telah memutuskan untuk sementara mengizinkan deksametason sebagai pengobatan Covid-19. Namun prosedur harus tetap diselesaikan sebelum bisa diberikan kepada pasien.
Taiwan melaporkan adanya 476 kasus virus corona baru, termasuk tujuh kematian. Sebagian besar merupakan kasus impor (datang dari luar Taiwan) dan hampir semua pasien yang terinfeksi telah pulih. Jumlah yang rendah ini berkat upaya pencegahan dini dan efektif.
Sementara itu, Central News Agency Taiwan mengatakan pekan ini, stok obat remdesivir di negara tersebut rendah. Taiwan pada awalnya memerintahkan 2.000 dosis untuk tiba pada akhir Juli, namun stoknya hanya 78. Jumlah ini hanya cukup untuk merawat 54 pasien yang sakit parah.
Remdesivir adalah satu-satunya obat yang sejauh ini diizinkan di Uni Eropa untuk mengobati pasien dengan gejala Covid-19 yang parah. Obat ini mengalami peningkatan permintaan karena membantu mempercepat waktu pemulihan pasien dalam uji klinis.
Namun, pada Juni lalu para peneliti di Inggris menunjukkan deksametason sebagai obat pertama yang menyelamatkan hidup pasien Covid-19. Bulan lalu, Jepang juga menyetujui penggunaan deksametason untuk mengobati Covid-19.