REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat (AS) menggugat pembatasan pekerja asing yang diterapkan Presiden Donald Trump. Amazon, Apple dan Facebook termasuk perusahaan-perusahaan yang menilai pembatasan visa sementara akan merugikan perusahaan AS.
Alasan Trump memberlakukan pembatasan terhadap sejumlah pekerja asing adalah untuk melindungi lapangan pekerjaan warga AS selama pandemi. Pekerja teknologi dari India menjadi kelompok yang paling terdampak pada kebijakan ini.
Microsoft, Netflix, Twitter dan perusahaan teknologi besar lainnya juga mendukung gugatan yang diajukan asosiasi bisnis besar AS bulan lalu. Di dalamnya ada Asosiasi Manufaktur AS yang mewakili 14 ribu perusahaan dan asosiasi bisnis terbesar AS yakni Kamar Dagang AS.
Perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan alasan Trump memberlakukan kebijakan itu dengan alasan melindungi pekerjaan warga AS berdasarkan 'asumsi palsu'. "Kompetitor global di Kanada, China dan India, negara-negara lain, memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik individu-individu terlatih dan inovatif," kata perusahaan-perusahaan tersebut dalam pernyataan singkat mereka seperti dilansir dari BBC, Selasa (11/8)
Mereka juga berpendapat keputusan Trump dapat menciptakan kerusakan tak tergantikan pada perusahaan-perusahaan, pekerja dan ekonomi AS yang sudah kesulitan karena pandemi. Trump menutup pintu masuk pekerja asing hingga akhir tahun ini.
"Bisnis-bisnis Amerika berusaha menyesuaikan diri, mempekerjakan talenta di luar perbatasan negara kami," tambah perusahaan-perusahaan tersebut.
Sejak keputusan Trump itu diumumkan pada bulan Juni lalu banyak perusahaan raksasa AS yang mengecamnya. Facebook mengatakan perintah Trump itu 'menggunakan pandemi Covid-19 untuk membenarkan pembatasan imigrasi.
"Pada kenyataannya, langkah yang menjauhkan talenta berketerampilan tinggi dari AS akan membuat upaya pemulihan negara kami lebih sulit lagi," kata Facebook.
Di media sosial Twitter, CEO Apple Tim Cook mengatakan 'sangat kecewa' dengan perintah Trump tersebut. Sementara itu CEO perusahaan induk Google, Alphabet, Sundar Pichai mengatakan imigran sangat penting bagi kesuksesan perusahaan dan negara Amerika Serikat. n Lintar Satria