REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon, Michel Aoun mengatakan, bantuan internasional menyusul ledakan di pelabuhan Beirut pekan lalu harus segera didistribusikan. Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Prancis, BFM TV, Aoun mengatakan, semua hipotesis tetap terbuka dalam penyelidikan ledakan di pelabuhan Beirut.
"Saya telah meminta agar bantuan yang dikirim oleh negara asing diberikan di tempat-tempat yang dibutuhkan," ujar Aoun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengucurkan bantuan senilai 565 juta dolar AS, yang diprioritaskan untuk memulihkan stok bahan pangan. Stok bahan pangan Lebanon yang disimpan di gudang pelabuhan ikut hancur dalam ledakan sehingga mengancam ketahanan pangan negara tersebut. Terlebih, kebutuhan pangan Lebanon sangat bergantung pada impor.
Selain memberikan bantuan pangan, PBB juga akan memperbaiki lebih dari 20 klinik dan enam rumah sakit yang rusak akibat ledakan, termasuk lebih dari 120 sekolah.
"Kami ingin dapat membangun kembali tiga rumah sakit yang hancur total," kata koordinator kemanusiaan PBB Najat Rochdi.
Ledakan yang terjadi pada 4 Agustus diduga disebabkan oleh lebih dari 2.000 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan selama bertahun-tahun. Ledakan itu memicu kemarahan warga kepada elit politik yang berkuasa. Hal ini menyebabkan Perdana Menteri Hassan Diab dan jajarannya mengundurkan diri.
Beberapa warga Lebanon meragukan pihak berwenang dapat melakukan penyelidikan dengan transparan. Kepercayaan warga terhadap pemerintah telah menurun, dan sebelumnya telah mengalami krisis keuangan secara berlarut-larut.