REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner mengatakan, Amerika Serikat (AS) tidak akan menyetujui aneksasi Israel terhadap wilayah Tepi Barat. Saat ini, AS lebih memilih untuk fokus pada kesepakatan normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan upaya perdamaian regional yang lebih luas.
"Saat ini fokus pada implementasi perjanjian perdamaian baru. Kami ingin Israel fokus pada menciptakan hubungan baru dan aliansi baru," ujar Kushner, dilansir Aljazirah, Selasa (18/8).
Israel dan UEA telah menormalisasi hubungan yang diumumkan di Gedung Putih pada Kamis (13/8) lalu. Kesepakatan ini menunda rencana aneksasi Tepi Barat yang sebelumnya telah digembor-gemborkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Para pejabat Israel telah mengisyaratkan, mereka menginginkan persetujuan dari AS terlebih dahulu sebelum mencaplok wilayah Tepi Barat yang diduduki.
"Israel telah setuju dengan kami, mereka tidak akan bergerak maju tanpa persetujuan kami. Kami tidak berencana memberikan persetujuan kami untuk beberapa waktu," kata Kushner.
Pada Senin (17/8), presiden Israel mengundang pemimpin de facto UEA untuk mengunjungi Yerusalem. Dalam pertemuan tersebut, presiden memuji peran UEA dalam mencapai kesepakatan normalisasi hubungan.
Normalisasi hubungan UEA-Israel menandai ketiga kalinya negara Arab membuka hubungan diplomatik secara penuh dengan Israel. Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania. UEA menjadi negara Teluk Arab pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Beberapa negara menyambut baik kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Namun kesepakatan itu telah memicu kemarahan di sebagian besar negara Muslim. Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel yang dijembatani AS. Menurutnya hal itu merupakan sebuah pengkhianatan. Palestina selama ini tak mengakui upaya mediasi dilakukan AS.