REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menuding Presiden Donald Trump memperlakukan Gedung Putih seperti reality show. Hal ini diutarakan oleh Obama dalam pidatonya di Konvensi Nasional Partai Demokrat, pada Rabu (19/8) malam.
"Dia (Trump) tidak menunjukkan minat dalam melakukan pekerjaan. Tidak memiliki minat untuk memperlakukan kepresidenan sebagai apa pun, kecuali reality show yang bisa dia gunakan untuk mendapatkan perhatian yang didambakan," ujar Obama, dilansir BBC, Kamis (20/8).
Obama mengatakan, reputasi AS telah tercoreng di bawah pemerintahan Trump. Selain itu, Trump telah mengancam runtuhnya demokrasi di Negeri Paman Sam itu. Empat tahun lalu, saat Obama masih menjabat sebagai presiden, dia memperingatkan bahwa, terpilihnya Trump sebagai presiden akan dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya.
Obama kemudian kerap melontarkan kritik terhadap pemerintahan Trump, terutama setelah Trump membongkar seluruh kebijakan yang ditinggalkan olehnya.
Dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Trump dimintai pendapat tentang pernyataan Obama yang melontarkan kritik pedas terhadap pemerintahannya. Trump mengatakan, warisan kebijakan yang ditinggalkan oleh Obama adalah suatu bentuk kebodohan yang buruk. Bahkan, Trump menyebut Obama sebagai presiden yang tidak efektif.
"Lihatlah betapa buruknya dia (Obama), betapa tidak efektifnya dia sebagai presiden. Obama tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Mereka melakukan pekerjaan yang sangat buruk sehingga saya berdiri di hadapan Anda sebagai presiden," kata Trump.
Sebelumnya, penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navaro menuding Partai Demokrat dan Partai Komunis China telah membuat kesepakatan untuk mengalahkan Presiden Donald Trump, dalam pemilihan presiden (pilpres) November mendatang.
Navarro mengkritik Konvensi Nasional Demokrat dan menggambarkan sebagai kegagalan untuk mengakui kesalahan China terkait penyebaran virus korona. Selain itu, Navarro juga menyalahkan China atas 170 ribu kematian di Amerika Serikat (AS) akibat pandemi virus Corona.