REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala staf Gedung Putih, Mark Meadows, menyatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sengaja menunda pengembangan vaksin virus corona, Ahad (23/8). Tuduhan tersebut terjadi ketika Presiden Donald Trump menekankan vaksin akan dapat diberikan kepada masyarakat dengan segera.
Dilansir ABC, Gedung Putih berupaya keras mendorong terobosan dalam vaksin dan pengembangan pengobatan saat pemilihan November semakin dekat. Kondisi itu memicu kekhawatiran pemerintah akan mencoba melacak inokulan atau terapi yang belum terbukti aman untuk digunakan secara luas.
"Dia harus memastikan bahwa mereka merasakan panas. Jika mereka tidak melihat cahaya, mereka perlu merasakan kepanasan karena rakyat Amerika menderita," kata Meadows merujuk pada komentar Trump tentang FDA.
Hingga saat ini, virus corona telah menewaskan lebih dari 176.000 orang dengan 5,6 juta kasus di Amerika Serikat (AS). Negara ini menjadi yang paling terpukul dalam hal jumlah kasus dan kematian dari negara mana pun di dunia.
"Kami benar-benar perlu memastikan bahwa kami memiliki sains yang baik dan protokol yang tepat. Tapi kami juga tidak bisa menunggu dan berasumsi bahwa virus ini akan hilang. Presiden ini menginginkan hasil yang nyata dan itulah mengapa dia menggunakan Twitter," kata Meadows.
Dalam beberapa bulan terakhir, Gedung Putih telah mencurahkan sumber daya yang besar untuk mempercepat proses mengembangkan vaksin. Langkah itu di bawah operasi "Warp Speed", dengan para pembantu Trump mengandalkan peluncuran vaksin pada Oktober, sebelum pemilihan presiden November.
"Kondisi dalam, atau siapa pun, di FDA membuat sangat sulit bagi perusahaan obat untuk membuat orang menguji vaksin dan terapeutik. Jelas, mereka berharap untuk menunda jawaban sampai setelah 3 November. Harus fokus pada kecepatan, dan menyelamatkan nyawa!" kata Trump melalui akun Twitter.
Trump tidak memberikan bukti adanya perlambatan yang dilakukan oleh FDA. Gedung Putih juga telah mendorong FDA untuk meningkatkan persetujuannya atas otorisasi plasma darah.
Sementara itu, mantan komisaris FDA, Scott Gottlieb menepis klaim perlambatan yang dituduhkan oleh Gedung Putih. Dia menolak gagasan bahwa FDA akan memperlambat atau mempercepat sesuatu berdasarkan pertimbangan politik. "Atau pertimbangan apa pun selain apa yang terbaik untuk kesehatan masyarakat dan rasa misi yang sebenarnya kepada pasien," katanya.