REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pihak oposisi Suriah mengusulkan agar perundingan yang diprakarsai oleh PBB di Jenewa dapat dilanjutkan meski sempat ditunda karena ada peserta yang dinyatakan positif terkena virus corona.
"Ini adalah satu-satunya solusi kunci untuk tragedi Suriah," kata Hadi al Bahra, ketua Dewan Nasional Suriah (SNC).
Dia mengatakan bahwa empat perwakilan yang menghadiri pertemuan yang dimulai sejak Senin kemarin itu dinyatakan positif Covid-19.
“Kami akan melanjutkan upaya kami dengan perwakilan SNC di Komite Konstitusi melalui sarana komunikasi virtual.”
"Kami juga akan berdiskusi dengan utusan khusus PBB, Geir O. Pedersen, tentang kemungkinan opsi untuk melanjutkan usaha kami secepat mungkin berdasarkan wewenang dari otoritas medis di Jenewa," kata al Bahra.
Jennifer Fenton, juru bicara utusan khusus PBB untuk Suriah, mengatakan pembicaraan itu ditunda, tetapi dia tak memberikan informasi terkait format yang akan mereka ambil.
Laporan dari PBB tidak mengungkapkan asal negara 45 peserta yang terinfeksi virus, tetapi sumber oposisi mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa mereka yakin mereka yang dites positif berasal dari Damaskus, ibu kota Suriah.
"Setelah memberitahu pihak berwenang Swiss dan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, tindakan segera telah diambil sesuai dengan protokol kesehatan untuk mengurangi risiko, dan melacak siapa pun yang mungkin telah melakukan kontak dekat dengan orang-orang yang terjangkit virus itu," ungkap kantor PBB.
PBB mengatakan semua anggota komite, masing-masing 15 dari tiga delegasi, diuji sebelum mereka melakukan perjalanan ke Jenewa dan dites sekali lagi pada saat kedatangan. Ahmad Kuzbari, mewakili rezim Suriah, tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangan setelah pertemuan dihentikan.
Pembicaraan tersebut dipandu oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254 untuk mengakhiri perang saudara di negara itu. Resolusi tersebut menyerukan pembebasan mereka yang ditahan dan diculik, gencatan senjata nasional untuk mengakhiri konflik kekerasan, dan lingkungan yang aman, tenang dan netral yang memungkinkan kembalinya pengungsi dengan aman, sukarela, dan bermartabat.
Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga. Sejak itu, lebih dari lima juta warga sipil menjadi pengungsi. Turki menampung 3,6 juta di antaranya, lebih banyak dari negara manapun di dunia.