REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pembicaraan melalui telepon pada Rabu (26/8). Menurut kantor Erdogan, keduanya membahas masalah bilateral dan regional termasuk Mediterania Timur.
Dikutip dari Anadolu Agency, Direktorat Komunikasi Turki menyatakan Erdogan mengingatkan Trump bahwa Turki bukanlah pihak yang menciptakan ketidakstabilan di Mediterania Timur. Dia menekankan Turki membuktikan dengan tindakan konkret ingin mengurangi ketegangan dan menjalin dialog tentang masalah tersebut.
Ketegangan antara Turki dan Yunani telah meningkat sejak Ankara mengirim kapal survei Oruc Reis ke perairan Mediterania timur yang disengketakan bulan ini. Negara itu mengklaim memiliki hak untuk melakukan hal tersebut.
Sedangkan Yunani menyebut tindakan Ankara itu sebuah langkah ilegal. Sekutu NATO ini sangat tidak setuju atas klaim atas sumber daya hidrokarbon di daerah tersebut. Turki dinilai melawan batas-batas sedangkan tuduhan sebaliknya pun dilancarkan Ankara kepada Athena yang mengusik wilayah maritim.
Pejabat Turki menyatakan dialog untuk berbagi sumber daya ini secara adil akan menjadi langkah yang menguntungkan bagi semua pihak. Turki juga menyerukan pelanggaran terhadap Athena karena mencari dukungan UE untuk memblokir eksplorasi energi yang sedang dilakukan.