REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Uni Emirat Arab (UEA) telah mengkhianati dunia Islam dan Palestina karena mencapai kesepakatan menormalkan hubungan dengan Israel. Otoritas Iran dengan keras mengkritik kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) itu.
"Tentu saja pengkhianatan UEA tidak akan berlangsung lama, tapi stigma ini akan selalu diingat. Mereka membiarkan rezim Zionis masuk ke wilayah tersebut dan melupakan Palestina," ujar Khamenei dilansir Aljazirah, Rabu (2/9).
Beberapa pejabat Iran memperingatkan bahwa normalisasi hubungan antara UEA dan Israel dapat berisiko menimbulkan kekacauan di Timur Tengah. Palestina dengan keras menentang normalisasi karena melemahnya penolakan tradisional Arab untuk mendukung pembentukan negara Palestina merdeka. Dukungan Arab masa lalu itu adalah salah satu dari sedikit keuntungan Palestina dalam pembicaraan damai yang hampir mati dengan Israel.
"Emirat akan dipermalukan selamanya. Saya harap mereka bangun dan memberi kompensasi atas apa yang mereka lakukan," ujar Khamenei.
Seorang pejabat UEA menolak berkomentar terkait pernyataan dan kritik tajam dari Khamenei. Namun seorang pejabat Kementerian Luar Negeri UEA, Jamal al-Musharakh, mengatakan jalan menuju perdamaian tidak harus dengan ujaran kebencian.
"Jalan menuju perdamaian dan kemakmuran bukanlah melalui hasutan dan ujaran kebencian. Retorika semacam itu kontraproduktif bagi perdamaian di kawasan," ujar al-Musharakh.
Para pejabat UEA meyebut kesepakatan itu sebagai imbalan atas Israel yang menangguhkan rencananya untuk mencaplok sebagian besar wilayah Tepi Barat yang diduduki secara ilegal. Tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan penangguhan pencaplokan itu hanya untuk sementara waktu.
Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan mengatakandia ingin meyakinkan Palestina tentang komitmen negaranya untuk mendukung kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Sheikh Abdullah menyatakan UEA tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
"Kami akan terus mendukung perjuangan Palestina berdasarkan pendirian bersejarah kami yang berasal dari keyakinan yang berakar dan tak tergoyahkan yang tidak akan pernah berubah sebagai hasil dari pertimbangan apa pun," kata Sheikh Abdullah.
UEA adalah negara Arab ketiga setelah Mesir dan Yordania yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Berbeda dengan dua negara lainnya, negara Teluk tersebut tidak berbatasan langsung dengan Israel.
Dalam beberapa tahun terakhir, UEA telah mengadakan pembicaraan diam-diam dengan Israel. UEA mengizinkan orang Israel masuk ke negaranya untuk melakukan perdagangan dan pembicaraan.