Senin 07 Sep 2020 16:49 WIB

300 Pengungsi Rohingya Mendarat di Aceh

Salah satu pengungsi berusia 13 tahun dibawa ke rumah sakit karena gangguan kesehatan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya duduk di dalam bus saat tiba di tempat penampungan yang baru di Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Mee Kandang, Lhokseumawe, Aceh.
Foto: ANTARA /RAHMAD
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya duduk di dalam bus saat tiba di tempat penampungan yang baru di Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Mee Kandang, Lhokseumawe, Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Hampir 300 pengungsi Rohingya telah mendarat di Provinsi Aceh pada Senin (7/9) pagi. Polisi Aceh mengatakan, sebuah perahu kayu yang membawa ratusan pengungsi Rohingya ditemukan oleh nelayan setempat sekitar beberapa kilometer dari lepas pantai Lhokseumawe, sebelum mendarat di Pantang Ujung Blang pada tengah malam.

"Ada 297 pengungsi Rohingya, di antaranya 181 perempuan dan 14 anak-anak," ujar kepala kepolisian Aceh, Irwansya.

Kepala Palang Merah di Lhokseumawe, Junaidi Yahya mengatakan, saat ini ratusan pengungsi Rohingya berada di tempat penampungan sementara. Kesehatan mereka menjadi prioritas di tengah pandemi virus korona. Salah satu pengungsi yang berusia 13 tahun dibawa ke rumah sakit dengan ambulans karena mengalami gangguan kesehatan.

"Kami berharap hari ini mereka sudah bisa dipindahkan ke posko pengungsian, tapi kesehatan mereka terutama terkait Covid-19 menjadi perhatian utama kami,” kata Junaidi.

Berdasarkan foto yang beredar, tampak barisan perempuan Rohingya yang mengenakan masker sambil membawa harta benda mereka yang ditempatkan dalam kantong plastik. Sementara, para pria Rohingya meringkuk di lantai di tempat penampungan sementara yang beratap jerami.

Sebelumnya, pada akhir Juni nelayan Aceh menyelamatkan lebih dari 100 pengungsi Rohingya, termasuk 79 perempuan dan anak-anak. Warga Rohingya melarikan diri dari Myanmar dan kamp pengungsian di Bangladesh dengan mengenakan perahu kayu untuk mencari upaya perlindungan di negara-negara Asia Tenggara. Mereka berlayar selama berbulan-bulan di tengah lautan.

Direktur Proyek Arakan, Chris Lewa mengatakan, pengungsi yang tiba di Aceh pada Senin telah berlayar dari Bangladesh selatan pada akhir Maret atau awal April menuju Malaysia. Namun otoritas Malaysia dan Thailand tidak menerima mereka karena ada penutupan perbatasan yang ketat akibat pandemi virus korona.

Para pengungsi kemudian membuat kelompok yang dibagi untuk menaiki sejumlah perahu. Beberapa diantaranya berhasil mendarat di Malaysia dan Indonesia pada Juni. Namun, ratusan lainnya tetap terombang-ambing di lautan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement