REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Swedia mencatat rekor penurunan jumlah kasus baru infeksi Covid-19. Berdasarkan tes yang dilakukan pada pekan lalu, hanya 1,2 persen yang menunjukkan hasil positif virus corona dan menjadi yang terendah sejak pandemi menyerang negara-negara Eropa.
Swedia tidak memberlakukan lockdown secara ketat. Sebaliknya negara tersebut menekankan tanggung jawab pribadi untuk mematuhi protokol kesehatan. Mulai dari menjaga jarak sosial dan menjaga kebersihan dalam upaya untuk memperlambat penyebaran virus corona.
Strategi ini menuai kritik keras dari dalam maupun luar negeri karena jumlah kematian di Swedia melonjak selama musim semi. Namun di sisi lain, WHO memuji strategi tersebut dan dapat dicontoh sebagai model yang berkelanjutan.
“Tujuan dari pendekatan kami adalah agar orang-orang itu sendiri memahami kebutuhan untuk mengikuti rekomendasi dan pedoman yang ada,” ujar Direktur Jenderal Badan Kesehatan Swedia Johan Carlson.
Carlson mengatakan pedoman itu dirancang agar mudah dipahami dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Menurutnya, selama vaksin belum ditemukan masyarakat harus membangun kesadaran pribadi untuk menjaga diri mereka sendiri dari bahaya virus corona.
"Tidak ada tindakan lain sebelum ada tindakan medis, terutama vaksin. Penduduk Swedia telah menerapkan (protokol kesehatan ) ini dengan kesadaran masing-masing," ujar Carlson.
Swedia mencatat kematian akibat virus corona sebanyak 5.800 orang. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Nordik lainnya, namun lebih rendah ketimbang Italia, Spanyol, dan Inggris. Swedia melakukan lebih dari 12 ribu tes pada pekan lalu.
Berdasarkan hasil tes, lebih dari 1.300 orang atau 1,2 persen dari jumlah sampel yang diuji dikonfirmasi positif virus corona. Jumlah ini terbilang rendah dibandingkan dengan hasil tes pada musim semi yang menunjukkan 19 persen positif corona.
“Strategi kami konsisten dan berkelanjutan. Kami mungkin memiliki risiko penyebaran yang lebih rendah di sini dibandingkan dengan negara lain," ujar profesor epidemiologi di Institut Karolinska, Jonas Ludvigsson.
Ludvigsson menambahkan, penduduk Swedia kemungkinan memiliki tingkat kekebalan yang lebih tinggi ketimbang penduduk di negara lain. “Saya pikir kami mendapat banyak manfaat dari itu sekarang,” katanya.
Strategi yang diterapkan oleh pemerintah Swedia telah mendapatkan kritik. Sebuah editorial di surat kabar Dagens Nyheter mengatakan strategi Swedia tersebut telah melupakan banyaknya orang yang tewas akibat corona.
"Swedia memiliki 5.837 orang tewas dalam Covid-19. Proporsi lima kali lebih tinggi dari Denmark," ujar editorial surat kabar Dagens Nyheter.