REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat menggunakan masalah Korea Utara (Korut) untuk meningkatkan peluang agar terpilih kembali dalam pemilihan presiden pada November mendatang. Sementara, Korut juga memiliki opsi untuk membuat kesepakatan dengan Trump jelang pemilihan presiden AS.
Seorang analis di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Jeong Seong-yoon, membuat sebuah laporan yang berisi tentang masa depan hubungan antara Korut dan AS. Dia mengatakan satu tahun ke depan akan menjadi periode kritis yang menentukan denuklirisasi Korut.
"Trump dapat memanfaatkan masalah Korea Utara untuk memulihkan peringkat, dan Korea Utara juga dapat menentukan bahwa akan lebih baik untuk memiliki kesepakatan dengan Trump daripada pemerintahan Biden," kata laporan itu, merujuk pada saingan Trump dari Demokrat, Joe Biden, dilansir Yonhap News Agency, Sabtu (12/9).
"Ini adalah latar belakang utama di balik ramalan apa yang disebut Kejutan Oktober," kata laporan itu.
Bersamaan dengan pemilihan presiden AS, pandemi virus corona akan menjadi faktor kunci yang memengaruhi denuklirisasi Korut, serta hubungannya dengan Washington. Laporan Jeong mengatakan upaya Korut untuk mendapatkan dukungan publik dan memperkuat satuan internal tidak akan efektif pada saat krisis berkepanjangan.