REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Pertahanan China mengecam laporan yang dirilis Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) berisi tentang ambisi militer Negeri Tirai Bambu. Dalam laporan itu disebutkan tujuan militer China dapat memiliki implikasi serius, tak hanya bagi kepentingan nasional Washington, tapi juga keamanan berbasis aturan internasional.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian menyebut laporan Departemen Pertahanan AS sebagai distorsi ceroboh. "Bukti bertahun-tahun menunjukkan AS yang menjadi pusat kerusuhan regional, pelanggar tatanan internasional, dan perusak perdamaian dunia," ujarnya pada Ahad (13/9).
Dia pun menyinggung operasi militer AS di Irak, Suriah, Libya, dan negara-negara lainnya. Qu mengklaim keterlibatan AS di negara-negara terkait telah mengakibatkan lebih dari 800 ribu orang tewas.
"Daripada merefleksikan dirinya sendiri, AS mengeluarkan apa yang disebut laporan yang membuat komentar palsu tentang pertahanan normal dan konstruksi militer China," katanya.
Wu menyerukan AS melihat pertahanan nasional dan konstruksi militer China secara objektif dan rasional. "Berhenti membuat pernyataan palsu dan laporan terkait dan mengambil tindakan nyata untuk menjaga perkembangan yang sehat dari hubungan militer bilateral," ucapnya.
Pada 2 September lalu, Departemen Pertahanan AS merilis laporan tahunan yang diserahkan kepada Kongres. Dalam laporan itu, dijabarkan tentang kemampuan teknis, doktrin, dan tujuan akhir pembangunan militer China. Salah satunya adalah merevisi aspek tatanan internasional.
"Tentu, banyak faktor yang akan menentukan bagaimana arah ini berlangsung. Yang pasti adalah bahwa (Partai Komunis China yang berkuasa) memiliki tujuan strategis yang sedang diupayakannya, yang, jika tercapai dan modernisasi militer yang menyertainya tidak tertangani, akan memiliki implikasi serius bagi kepentingan nasional AS dan keamanan berbasis aturan internasional," kata Departemen Pertahanan AS dalam laporannya.
Sebagian besar laporan itu dikhususkan untuk menganalisis strategi China terhadap Taiwan. Beijing memandang Taipei sebagai provinsi yang memberontak karena berusaha memisahkan diri.
Departemen Pertahanan AS mengatakan kemampuan militer China memang mengerdilkan kekuatan Taiwan. Kendati demikian, setiap invasi ke wilayah itu akan membawa risiko politik besar.
Dalam laporan itu, Departemen Pertahanan AS turut memetakan kekuatan militer China. Saat ini China memiliki prajurit aktif terbesar di dunia berjumlah dua juta orang. Armada angkatan laut China pun menjadi yang terbesar dengan 350 kapal dan kapal selam. Jumlah itu mengalahkan AS yang hanya memiliki 293 kapal.
China juga telah membangun persenjataan yang cukup besar untuk rudal balistik dan jelajah darat. Laporan tahun ini muncul ketika hubungan antara Beijing dan Washington telah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Kedua negara terlibat perselisihan di berbagai isu, seperti Taiwan, sengketa Laut Cina Selatan, dan situasi hak asasi manusia di Xinjiang. Mereka pun terlibat perang dagang cukup sengit.