REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ratusan warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza mengecam perjanjian normalisasi Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel. Mereka menggelar aksi protes di kota Nablus dan Hebron, serta puluhan lainnya menyelenggarakan aksi serupa di Ramallah.
Para pengunjuk rasa tetap mengenakan masker dan membawa spanduk bertuliskan "Pengkhianatan", "Tidak untuk normalisasi dengan penjajah", dan "Perjanjian memalukan". Tak hanya itu, para demonstran menginjak-injak foto Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan sebelum dibakar.
"Perdamaian, keamanan, dan stabilitas tidak akan dicapai di kawasan itu sampai pendudukan Israel berakhir," ujar Presiden Palestina Mahmoud Abbas dilansir Aljazirah, Rabu (16/9).
Komando Nasional Perlawanan Rakyat Bersatu Palestina menyerukan protes untuk menolak kesepakatan normalisasi tersebut. Dalam sebuah pernyataan, mereka menyerukan hari Jumat dianggap sebagai "hari berkabung" di mana bendera hitam dikibarkan di semua gedung, rumah, dan alun-alun.
Aktivis di media sosial meluncurkan tagar "Hari Hitam" dalam bahasa Arab untuk menandai pengakuan resmi kedua negara Teluk itu atas Israel. Juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan perjanjian Bahrain dan UEA dengan Israel tidak akan membawa perdamaian.
"Mereka akan terus menganggap pendudukan ini sebagai musuh sejati mereka," ujar Zuhri.
Salah satu pengunjuk rasa, Mohammad Mohanna, mengatakan dia menyerukan kepada UEA dan Bahrain untuk mundur dari perjanjian dengan Israel. Dia mendesak agar UEA dan Bahrain kembali mendukung kemerdekaan bagi Palestina. Mohanna berharap tidak ada lagi negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Zionis.
"Kami menyerukan kepada UEA dan Bahrain untuk mundur dari perjanjian dengan Israel dan kembali untuk mendukung orang-orang Palestina dengan cara yang sama seperti yang biasa kami lakukan terhadap mereka, dan kami berharap tidak ada negara Arab lain yang akan membuat kesepakatan dengan Israel," ujar Mohanna.
Seremoni penandatanganan kesepakatan normalisasi UEA, Bahrain dan Israel dilakukan di Gedung Putih pada Selasa (15/9). Seremoni ini dihadiri oleh Netanyahu serta para menteri luar negeri Bahrain dan UEA.
Presiden Donald Trump menyaksikan langsung seremoni penandatangaanan kesepakatan itu. Sekretaris komite pusat Partai Fatah, Jibril Rajoub, mengatakan apa yang terjadi hari ini di Washington adalah bentuk runtuhnya tatanan resmi Arab.