Kamis 17 Sep 2020 17:18 WIB

Racun Novichok Terdeteksi di Botol Air Hotel Oposisi Rusia

Temuan novichok di botol air menunjukkan Navalny tidak diracun di bandara

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Alexei Navalny
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Alexei Navalny

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Agen saraf yang digunakan untuk meracuni kritikus Kremlin, Alexei Navalny, terdeteksi pada botol air kosong dari kamar hotelnya di kota Tomsk Siberia, Kamis (17/9). Tim Navalny menyatakan, penemuan Novichok itu  menunjukkan dia diracun di sana dan bukan di bandara seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Navalny jatuh sakit parah dalam penerbangan domestik di Rusia bulan lalu kemudian diterbangkan ke Berlin untuk mendapatkan perawatan. Jerman mengatakan dia diracuni oleh agen saraf Novichok, sedangkan Rusia mengatakan belum melihat bukti dia diracun.

Baca Juga

Sebuah video yang diunggah di akun Instagram Navalny menunjukkan anggota timnya menggeledah kamar yang baru saja dia tinggalkan di Hotel Xander pada 20 Agustus. Aksi itu dilakukan satu jam setelah mereka mengetahui bahwa Navalny jatuh sakit dalam keadaan yang mencurigakan.

"Diputuskan untuk mengumpulkan semua yang secara hipotetis berguna dan menyerahkannya kepada para dokter di Jerman. Fakta bahwa kasus itu tidak akan diselidiki di Rusia cukup jelas," kata unggahan itu.

Video itu menunjukkan tim Navalny mengantongi beberapa botol kosong air mineral "Holy Spring" dan barang-barang lainnya sambil mengenakan sarung tangan pelindung. "Dua minggu kemudian, laboratorium Jerman menemukan jejak Novichok tepatnya di botol air dari kamar hotel Tomsk," kata unggahan itu.

"Dan kemudian lebih banyak laboratorium yang mengambil analisis dari Alexei menegaskan bahwa itulah yang meracuni Navalny. Sekarang kami mengerti, itu dilakukan sebelum dia meninggalkan kamar hotelnya untuk pergi ke bandara," ujar keterangan unggahan tersebut.

Rusia telah melakukan pemeriksaan pra-penyelidikan, tetapi mengatakan perlu melihat lebih banyak analisis medis sebelum dapat membuka penyelidikan kriminal formal atas kasus tersebut. Namun, Inggris mengatakan, hampir pasti bahwa dinas intelijen Rusia melakukan serangan terhadap sosok pengkritik paling keras Presiden Vladimir Putin. London pun mendesak Moskow memiliki kasus untuk dijawab karena penggunaan senjata kimia tidak dapat diterima. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement