Sabtu 19 Sep 2020 22:49 WIB

Hakim Agung AS Wafat, Ratusan Air Beri Penghormatan Akhir

Ginsburg disebut sosok pejuang hak-hak perempuan,

Hakim Agung Amerika Serikat (AS) Ruth Bader Ginsburg saat berbicara di Stanford University di Stanford, California, 6 Februari 2017. Ginsburg meninggal karena kanker pankreas metastatik dalam usia 87 tahun.
Foto: AP Photo/Marcio Jose Sanchez
Hakim Agung Amerika Serikat (AS) Ruth Bader Ginsburg saat berbicara di Stanford University di Stanford, California, 6 Februari 2017. Ginsburg meninggal karena kanker pankreas metastatik dalam usia 87 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON  -- Beberapa ratus orang pada Jumat (18/9) malam menggenggam lilin, bunga, dan karton dengan tulisan saat berkumpul di tengah kesunyian di depan gedung Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) di Washington. Ini dilakukan sebagai penghormatan terakhir untuk Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg yang baru wafat.

Ginsburg, yang telah menjadi hakim agung sejak 1993, meninggal dunia dalam usia 87 tahun pada Jumat, akibat komplikasi dari kanker pankreas metastasis. Demikian konfirmasi pihak Mahkamah Agung dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Ginsburg adalah pejuang hak-hak perempuan yang kemudian menjadi ikon bagi kaum liberal di AS. Kepergiannya dapat secara tiba-tiba mengubah keseimbangan ideologis di badan peradilan tertinggi itu dengan menggeser lebih jauh ke aliran kanan.

Sesaat sebelum tengah malam, seorang perempuan melantunkan Kaddish, doa tradisional Yahudi untuk mendiang, pada malam pertama awal tahun baru Yahudi, Rosh Hashanah.

"Rasanya nyaman berada di luar sini bersama dengan orang-orang yang merasakan hal serupa. Tidak satu pun yang marah di sini. Ini adalah rasa perenungan dalam diam, rasa penghormatan," kata Dominik Radawski (46), yang menghadiri kegiatan itu.

Dikenal dengan inisial nama RBG, beberapa tahun belakangan ini Ginsburg muncul seperti ikon populer yang gambarnya tercetak pada cangkir kopi, kaos, dan buku anak-anak. "RBG menginspirasi banyak perempuan muda untuk mengejar mimpi mereka dan berfokus pada hal yang dinilai tak mungkin oleh orang-orang. Dan ia membuatnya menjadi mungkin," ujar Claire Shelby (19).

"Saya kira setiap orang berada di sini malam ini untuk menghormati kenangannya dan memastikan bahwa dia tidak akan pudar dalam sejarah," kata Shelby menambahkan.

Acara penghormatan juga digelar di New York, dengan gambar Ginsburg dan pesan bertuliskan "thank you" (terima kasih) dan "rest in power" (istirahatlah dalam kekuatan) bergantian muncul lewat proyeksi di depan gedung Pengadilan Tinggi Sipil Negara Bagian New York di Manhattan.

Aksi diam tersebut kontras dengan pertarungan politik yang akan berlangsung tak lama lagi, khususnya untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Ginsburg--di samping pemilu presiden pada 3 November mendatang.

Mitch McConnell, Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Republik, pada Jumat pula mengatakan bahwa Senat akan melakukan pemungutan suara terhadap siapa saja yang diajukan oleh Presiden Donald Trump.

Semasa Ginsburg menjabat, Mahkamah Agung AS diisi oleh 5-4 anggota konservatif versus liberal. Kini, dengan kandidat dari Trump, lembaga itu diperkirakan akan mempunyai proporsi 6-3 dengan penambahan pada konservatif.

"Ini adalah pertanyaan yang dipikirkan oleh semua orang malam ini. Akankah hadir lagi seseorang yang seperti dia?" ujar David Hill (60), salah satu peserta lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement