REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Penduduk desa Chushul membantu membawakan logistik untuk pasukan India di negara bagian Ladakh, sebagai persiapan menghadapi China selama musim dingin. Mereka membawa tas ransel, karung beras, drum-drum yang berisi bahan bakar, dan tongkat bambu yang diikat di punggung ke puncak Himalaya yang dikenal sebagai Black Top, tempat ratusan tenda pasukan India didirikan.
Pada musim dingin, suhu di puncak Himalaya akan turun hingga minus 40 derajat celcius. Para penduduk desa Chushul khawatir jika mereka tidak membantu pasukan India mengamankan posisi di perbatasan, maka wilayah desa mereka akan segera berada di bawah kendali China.
“Kami ingin membantu tentara India untuk mengamankan posisi mereka. Kami membawa pasokan untuk mereka secara bergantian dalam sehari," ujar seorang penduduk desa Chushul, Tsering (28 tahun), dilansir Guardian, Senin (21/9).
Chushul adalah sebuah dusun yang memiliki sekitar 150 rumah tangga. Dusun ini adalah salah satu tempat tinggal terdekat dengan perbatasan yang disengketakan India dengan China di Ladakh timur. Sejak Mei, pasukan India dan China telah terlibat dalam perselisihan yang semakin agresif di perbatasan Himalaya atau yang dikenal sebagai garis kendali aktual (LAC).
Pada 29 Agustus, hanya beberapa mil dari Chushul terjadi bentrokan antara pasukan India dan China. Tidak ada korban jiwa dalam bentrokan itu, tetapi pasukan di perbatasan melepaskan tembakan untuk pertama kalinya dalam 45 tahun.
Selama sepekan terakhir, pasukan India terus berdatangan di sepanjang perbatasan. Konvoi kendaraan militer India membawa persediaan dan amunisi ke pasukan yang berkemah di pos-pos di sepanjang perbatasan. Selain itu, sekitar 100 penggali telah didatangkan untuk pembangunan jalan dan bangunan agar lebih mengamankan posisi India di sepanjang perbatasan.
Pekan ini, penduduk desa Chushul melanjutkan upaya untuk membawa pasokan logistik bagi pasukan India di Black Top. Belum ada akses jalan menuju wilayah pegunungan itu. Tsering mengungkapkan kekhawatiran pasukan India ketika musim dingin datang, di mana kerap terjadi longsoran salju yang cukup besar.
"Daerah ini belum memiliki akses jalan dan infrastruktur yang memadai. Saya tidak tahu berapa lama pasukan dapat bertahan dengan pasokan seperti ini?" kata Tsering.
Para ahli mengatakan India belum siap untuk pertempuran berlarut-larut di sepanjang perbatasan pegunungan. India hanya memiliki waktu beberapa pekan untuk memastikan empat divisi militer yang dikerahkan di Ladakh siap untuk mempertahankan posisi mereka menghadapi China selama musim dingin.
Militer India telah menghabiskan anggaran sejumlah miliaran dolar untuk pertahanan di sepanjang perbatasan China, termasuk membangun terowongan baru senilai 400 juta dolar AS ke pegunungan di Himachal Pradesh. Tetapi mempertahankan puluhan ribu pasukan di dataran tinggi selama musim dingin adalah tugas yang sangat menantang.
Daerah tersebut tidak memiliki saluran komunikasi yang baik dan listrik belum menjangkau banyak desa. Di sisi lain, China dinilai lebih siap karena anggaran pertahanan mereka tiga kali lipat lebih besar dari anggaran pertahanan India.
Seorang pensiunan kapten angkatan darat India yang bertugas di wilayah Ladakh selama lebih dari tiga dekade, Tashi Chhepal (60 tahun), menggambarkan situasi di daerah itu selama musim dingin. Dia mengatakan sepanjang musim dingin yang berlangsung selama lima bulan, komunikasi dengan dunia luar akan terputus.
“Semuanya akan membeku seperti batu dan kami akan menyimpan persediaan untuk seluruh musim dingin. Selama bulan-bulan itu kami mengandalkan makanan kemasan kaleng. Konektivitasnya masih buruk. Tidak banyak yang berubah selama bertahun-tahun," ujar Chhepal.
Mantan kepala logistik operasional wilayah Leh, Amrit Pal Singh, mengatakan distribusi logistik dan pasukan ke daerah itu pada saat musim dingin adalah tantangan yang sangat besar. Terlebih medan yang dilalui di pegunungan Himalaya masih cukup sulit.
“Ini adalah medan perang paling terisolasi di dunia,” ujar Singh.
Sebelumnya, militer India mengerahkan pesawat angkut besar untuk mengangkut logistik bagi pasukan yang ditugaskan di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan dengan China. Dalam beberapa bulan terakhir, pesawat angkut tersebut membawa amunisi, peralatan, bahan bakar, dan persediaan makanan dalam jumlah besar ke Ladakh.
Untuk mengantisipasi munculnya konflik lanjutan, militer India bersiap menempatkan pasukan di perbatasan sepanjang musim dingin. Biasanya militer India mengerahkan sekitar 20 ribu hingga 30 ribu pasukan di Ladakh Timur. Namun kali ini militer India akan mengerahkan pasukan dalam jumlah lebih dari dua kali lipat.
Seorang pejabat militer India yang tidak disebutkan namanya mengatakan pihaknya telah mempersiapkan tambahan pasukan dengan baik. Namun dia tidak mengungkapkan jumlah pasukan tambahan itu.
Suhu di Ladakh bisa turun jauh di bawah titik beku. Pasukan biasanya dikerahkan di ketinggian lebih dari 15 ribu kaki, di mana oksigen mulai menipis. Salju turun di Ladakh selama empat hingga lima bulan selama musim dingin. Perencana militer India telah memindahkan lebih dari 150 ribu ton material ke wilayah tersebut.
“Semua perbekalan yang kami butuhkan telah dikirim ke mana pun mereka dibutuhkan,” ujar Kepala Staf Korps 14 Angkatan Darat India, Arvind Kapoor.
Pada Selasa (15/9) pagi, pesawat angkut angkatan udara India mendarat di pangkalan militer di Ladakh. Pesawat tersebut mengangkut pasukan tambahan dan logistik. Pasukan tentara yang mengenakan ransel keluar dari pesawat kemudian menjalani tes virus corona di fasilitas transit, sambil menunggu transportasi selanjutnya yang akan membawa mereka ke wilayah dekat perbatasan.
Depot bahan bakar, oli, dan pelumas disimpan di dekat kota utama Ladakh yakni Leh. Sementara logistik makanan ditempatkan di fasilitas penyimpanan terdekat. Pangkalan militer India lainnya di dekat Leh dijadikan tempat penyimpanan tenda, pemanas, pakaian musim dingin, dan peralatan untuk naik ke pegunungan.
"Di tempat seperti Ladakh, logistik operasi sangat penting. Kami telah menguasainya dalam 20 tahun terakhir," ujar Kapoor.