REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan militer telah meluncurkan pesawat untuk mencegat pesawat tempur China lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu. Artinya China semakin gencar mengirimkan pesawat untuk mengancam keamanan Taiwan.
Dalam sebuah laporan ke parlemen yang salinannya ditinjau oleh Reuters, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, sejauh tahun ini angkatan udara telah turun 4.132 kali. Jumlah tersebut naik 129 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Menurut laporan itu, China sedang mencoba menggunakan tindakan militer sepihak untuk mengubah status quo keamanan di Selat Taiwan. "Pada saat yang sama menguji tanggapan kami, meningkatkan tekanan pada pertahanan udara kami dan menyusutkan ruang kami untuk aktivitas," katanya.
Kementerian Pertahanan Taiwan pun menyatakan, perkembangan pesat militer China telah disertai dengan tindakan militer yang ditargetkan terhadap Taiwan. Meskipun Taiwan tidak dapat bersaing secara numerik dengan angkatan bersenjata China, Presiden Tsai Ing-wen telah mengawasi program modernisasi militer. Langkah itu bertujuan untuk membuat angkatan bersenjata pulau itu lebih gesit dan Taiwan lebih sulit untuk diserang.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayah dari daratan, sehingga telah meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau itu ketika Taipe menyatakan sebagai negara merdeka. Kemarahan Beijing semakin meningkat ketika menanggapi hubungan kian akrab antara Taipei dan Washington.
Pada konferensi pertahanan Senin (5/10) malam, Wakil Menteri Pertahanan Taiwan, Chang Guan-chung, mengatakan China telah meningkatkan apa yang disebutnya pelatihan realistis melawan Taiwan. Kondisi itu membuat Taiwan pun semakin memperkuat ikatan AS, terutama di bidang militer.
"Kami mengembangkan sistem yang kecil, banyak, cerdas, tersembunyi, cepat, mobile, berbiaya rendah, dapat bertahan, efektif, mudah dikembangkan, dipelihara dan dilestarikan, dan sulit dideteksi dan dilawan," katanya.
Chang menyerukan peningkatan kerja sama dengan AS yang melampaui penjualan senjata. Dia mengatakan bahwa hal itu akan semakin memperkuat reformasi pertahanan dan modernisasi militer Taiwan.
"Kami juga akan menekankan upaya bersama dalam pelatihan, konsep operasional, penilaian kemampuan, berbagi intelijen, dan kerja sama persenjataan. Ini sama pentingnya dengan akuisisi perangkat keras," kata Chang.