REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sebuah kapal Turki berlayar untuk melakukan survei seismik di Mediterania timur pada Senin (12/10). Langkah ini mendorong Yunani meminta sanksi Uni Eropa (UE) ke Ankara atas hak eksplorasi lepas pantai.
Kementerian Luar Negeri Yunani menggambarkan kapal Turki, Oruc Reis, memulai pelayarannya sebagai eskalasi besar dan ancaman langsung terhadap perdamaian di kawasan. “Turki telah membuktikan bahwa ia tidak memiliki kredibilitas. Semua yang percaya Turki bersungguh-sungguh sebelum pertemuan puncak Eropa 1-2 Oktober sekarang dikoreksi," kata juru bicara pemerintah Yunani, Stelios Petsas.
Oruc Reis bermaksud untuk melakukan pekerjaan di selatan pulau Yunani Kastellorizo, yang dekat dengan pantai Turki. Ankara telah menarik kapal dari perairan yang diperebutkan di Mediterania timur bulan lalu untuk memungkinkan diplomasi sebelum pertemuan UE. Pada pertemuan UE, badan tersebut mengatakan akan menghukum Turki jika melanjutkan operasi di wilayah tersebut dan sanksi dapat diberlakukan segera pada Desember.
Petsas mengatakan Turki telah melakukan kebalikan dari apa yang seharusnya dilakukan. UE dinilai tidak perlu menunggu dua bulan sebelum mengambil tindakan pemberian sanksi terhadap Turki.
"Jadi satu-satunya masalah di sini adalah mengaktifkan solusi yang lebih drastis agar Turki merasa lebih bertahan dan lebih sedikit hadiah kali ini," kata Petsas.
Sedangkan Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Yunani tidak memiliki hak untuk menentang operasinya, yang berjarak 15 kilometer dari Turki dan 425 kilometer dari daratan Yunani. Menteri Pertahanan Hulusi Akar mengatakan operasi Ankara berada di dalam landas kontinennya dan mengharapkan Yunani menahan diri dari langkah-langkah yang meningkatkan ketegangan.
"Mereka melakukan segalanya untuk meningkatkan ketegangan. Angkatan Laut akan memberikan pengawalan dan perlindungan yang diperlukan untuk kapal kami sesuai kebutuhan," kata Akar.
Prancis menyatakan keprihatinannya setelah perjalanan itu kembali dilakukan. Turki harus berpegang pada komitmen yang telah dibuatnya dalam perselisihan, menahan diri dari tindakan provokatif, dan menunjukkan itikad baik.
"Kami berharap Turki memenuhi komitmennya, menjauhkan diri dari provokasi baru, dan menunjukkan bukti nyata dari niat baik," ujar Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Agnes von der Muhll.
Dalam panggilan telepon pada Senin, Presiden Turki Tayyip Erdogan melakukan perbincangan dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel. Erdogan menyatakan kemajuan diperlukan untuk meningkatkan hubungan antara Ankara dan blok tersebut.
"Presiden Erdogan, yang menyatakan bahwa Yunani melanjutkan langkah-langkah untuk meningkatkan ketegangan di Mediterania timur meskipun Turki telah melakukan pendekatan yang bermaksud baik, mengatakan ia mengharapkan langkah konkret dari UE untuk mewujudkan konferensi Mediterania Timur yang diusulkan oleh Turki," kata kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan.