REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sedikitnya 44 orang, termasuk 11 personel keamanan, terluka dalam protes massal di Baghdad, Irak, pada Ahad (25/10).
"Sedikitnya 33 pengunjuk rasa luka-luka ketika bentrok dengan pasukan keamanan di pusat kota," ungkap seorang tenaga medis kepada Anadolu Agency.
Sebagian besar dari mereka mengalami luka ringan karena terpukul tongkat pasukan keamanan. Aksi protes itu menandai peringatan satu tahun protes massal 25 Oktober 2019.
Hatem al-Jabri, seorang pejabat polisi, mengatakan bahwa 11 personel keamanan terluka karena terkena granat yang dilemparkan dari Republic Bridge. Pasukan keamanan kemudian menghalau massa dengan tongkat dan gas air mata.
Sementara itu, Muqtada al-Sadr, seorang ulama Syiah dan pemimpin gerakan Sadrist, mengatakan ada provokator yang menginginkan unjuk rasa damai berubah jadi kerusuhan.
“Oleh karena itu, pemerintah harus membangun rasa aman untuk mengembalikan martabat negara,” kata al-Sadr.
Pada Sabtu, Kementerian Pertahanan Irak memerintahkan personel keamanan untuk tidak membawa atau menggunakan senjata di titik-titik demonstrasi di ibu kota. Pemerintah Irak mengumumkan bahwa sebanyak 565 warga Irak, termasuk personel keamanan, tewas sejak Oktober tahun lalu, selama aksi protes di berbagai wilayah negara itu.
Protes massal itu berhasil menggulingkan pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Adel Abdul-Mahdi dan menekan Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi untuk memenuhi janjinya dalam meningkatkan layanan publik dan memerangi korupsi.
*Bassel Barakat turut melaporkan dari Ankara