Ahad 01 Nov 2020 16:45 WIB

Ambisi China Jadikan Militernya Kekuatan Dunia 7 Tahun Lagi

China akan memodernisasi militer untuk menjadi kekuatan dunia pada 2027

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Militer China (ilustrasi)
Foto: EPA/IGOR KOVALENKO
Militer China (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah mengumumkan tujuannya untuk menjadikan militer negaranya menjadi kekuatan militer modern dunia pada 2027. Hal itu tercetus dalam sidang pleno Komite Sentral Partai Komunis China (PKC) awal pekan ini.

Dalam komunike yang dirilis setelah sidang pleno disebutkan bahwa batas waktu yang direncanakan untuk memodernisasi militer bertepatan dengan seratus tahun berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Modernisasi lebih lanjut akan selaras dengan penguatan kemampuan pertahanan dan pertumbuhan ekonomi China.

Baca Juga

Surat kabar South China Morning Post (SCMP) mengutip analis militer Hong Kong Song Zhongping mengatakan langkah modernisasi PLA dapat dilihat sebagai sesuatu yang bertujuan untuk mengubah militer China menjadi kekuatan modern terkemuka di dunia. Dengan demikian, China dapat menyejajarkan kekuatan dan kemampuan militernya dengan Amerika Serikat (AS).

Wakil kepala lembaga think tank Hong Kong Tianda Institute, Junfei Wu, menilai wajar jika China ingin kekuatan dan kemampuan militernya setara dengan AS pada 2027. "Targetnya adalah membangun kemampuan PLA untuk menyamai militer AS pada 2027, sehingga dapat secara efektif mencegah campur tangan militer AS di sekitar Selat Taiwan," ujarnya, dikutip laman Sputnik pada Sabtu (31/10).

China bersitegang dengan AS terkait isu Taiwan. Secara resmi, AS mengikuti kebijakan Satu China yang tidak mengakui Taiwan sebagai entitas independen. Namun, Washington memiliki hubungan perdagangan dan bisnis dengan pulau itu dan memasok senjata ke sana. Sementara, Beijing melihat Taiwan sebagai wilayahnya yang pada akhirnya harus bersatu kembali dengan mereka.

Baru-baru ini, China memprotes langkah Washington menyetujui penjualan senjata senilai 3 miliar dolar AS ke Hong Kong. Jika penjualan terealisasi, hal itu diyakini akan memanaskan situasi di sekitar Selat Taiwan.

Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya tidak takut untuk berperang. Dia menyatakan tidak akan membiarkan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya dirongrong. Dalam pidatonya di Aula Besar Rakyat di Beijing pada 23 Oktober lalu, Xi mengatakan setiap tindakan unilateralisme, monopoli, dan intimidasi terhadap China tidak akan pernah berhasil dan hanya mengarah pada jalan buntu.

"Biarkan dunia tahu bahwa 'rakyat China sekarang terorganisir dan tidak boleh dianggap enteng'," kata Xi, mengutip kata-kata Mao Zedong, bapak pendiri Republik Rakyat China, dilaporkan laman Aljazirah.

Xi menegaskan China tidak akan membuat masalah. "Tapi kami juga tidak takut. Tidak peduli kesulitan atau tantangan yang kami hadapi, kaki kami tidak akan gemetar dan punggung tidak akan menekuk," ujarnya.

Xi juga menekankan perlunya modernisasi pertahanan dan angkatan bersenjata negara untuk menciptakan militer kelas dunia. “Tanpa tentara yang kuat, tidak akan ada ibu pertiwi yang kuat,” ucapnya.

Dalam pidatonya, Xi memang tak menyinggung secara spesifik siapa pihak yang selalu melakukan tindakan unilateralisme dan intimidasi terhadap China. Namun, pidatonya diyakini ditujukan untuk AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement