REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat geopolitik internasional Teuku Rezasyah mengatakan kecaman Presiden Joko Widodo patut diapresiasi Presiden Prancis Emmanuel Macron karena walaupun keras tapi cukup sopan dan mendorong dialog.
"Pernyataan Pak Jokowi dibuat tidak sembarang, karena dibuat berdasarkan analisis beliau, dari pandangan tokoh-tokoh dunia, di mana tokoh-tokoh dunia ada yang mengecam dengan sangat keras, kemudian mengulang-ulang sejarah masa lalu, dan menganjurkan aksi boikot," kata Teuku, Ahad (1/11).
Teuke mengatakan Jokowi salah satu pemimpin dunia yang mengecam Macron paling belakangan. Menurutnya sangat jarang Jokowi mengeluarkan kecaman. Tetapi belum ada pemimpin dunia yang memberikan kecaman terhadap Macron dengan santun, tanpa memusuhi, dan tidak melibatkan rakyat untuk melakukan boikot.
"Hanya Pak Jokowi yang melakukan itu, presiden dan masyarakat Prancis harus berterima kasih pada beliau, karena setelah itu pandangan Macron berubah, terakhir Macron mulai lunak," kata Teuku.
"Macron tentu memperhitungkan pernyataan Jokowi berasal dari negara bukan dari jajahan Prancis, karena pasti ada unsur emosional, Jokowi juga mewakili ASEAN, Non-Blok dan OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), walaupun beliau tidak menyebutkannya, tapi Prancis tentu sudah memperhitungkannya, " tambahnya.
Menurut Teuku, walaupun pernyataan Jokowi tegas dan keras tetapi tidak menghina dan berisi ajakan dialog. Teuku mengatakan dalam pernyataannya Jokowi meminta peradaban dunia untuk berhati-hati saat membahas isu keagamaan.
"Jadi saya pikir Macron harus berterimakasih karena, karena pernyataan Jokowi, keras tapi santun tapi juga mengingatkan seluruh dunia termasuk Indonesia, maka Macron merasa dibukakan ruang untuk dialog," kata dosen Universitas Padjajaran tersebut.
Presiden Jokowi mengecam kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice. Tetapi jyuga mengecam keras pernyataan Macron yang dianggap menghina dan melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
"Pernyataan tersebut dapat memecah belah persatuan antar umat beragama, di saat dunia perlu bersatu menghadapi pandemi Covid-19," cicit Jokowi di akun resmi Twitternya.
"Kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan," tambah Jokowi dalam cicitan tersebut.
Jokowi juga dengan tegas mengecam mengaitkan tindak terorisme dengan agama tertentu. Bagi Jokowi, terorisme adalah terorisme, tidak ada hubungannya dengan agama apa pun.
"Indonesia mengajak dunia mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik," katanya.
Sementara itu, Duta Besar Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard dalam opininya yang dimuat surat kabar Republika, Ahad (31/10) lalu menulis maksud Macron adalah mengecam militan separatis yang mengabaikan hukum dan nilai-nilai Republik Prancis. Macron tidak menyerang mayoritas muslim Prancis yang damai dan moderat.