REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Lebih dari 300 warga Brasil berkumpul di jalan raya utama Sao Paulo pada Ahad (1/11). Mereka memprotes dukungan gubernur negara bagian Joao Doria untuk imunisasi wajib Covid-19 dan menguji vaksin potensial yang dikembangkan oleh Sinovac asal China.
Doria sebelumnya telah berbicara mendukung kewajibkan imunisasi begitu vaksin tersedia. Langkah itu memicu pertengkaran dengan Presiden Jair Bolsonaro yang menjanjikan upaya itu akan sukarela. Ketua Mahkamah Agung mengatakan, pengadilan pada akhirnya akan memutuskan masalah tersebut.
Selain itu, Sao Paulo menjadi tempat vaksin Sinovac diuji sebagai bagian dari uji klinis fase III dengan dukungan dari pemerintah Doria. Kementerian Kesehatan federal Brasil bulan lalu mengumumkan akan membeli 46 juta dosis vaksin, bergantung pada persetujuan peraturan, dalam kesepakatan yang didukung oleh gubernur negara bagian. Namun, sehari kemudian, presiden sayap kanan mengatakan bahwa Brasil tidak akan membeli vaksin tersebut.
Para pengunjuk rasa di Sao Paulo berunjuk rasa untuk mendukung Bolsonaro. Salah satu demonstran memegang tanda bertuliskan "kami bukan kelinci percobaan" dan satu lagi dengan masker bertuliskan "tidak ada vaksin". Banyak dari pengunjuk rasa yang padat tidak memakai masker.
“Kami menentang duta besar China yang otoriter Joao Doria yang sekarang akan mewajibkan vaksin itu bertentangan dengan keinginan kami,” kata pengunjuk rasa, Andre Petros.
Sejumlah vaksin diberlakukan wajib di Brasil, termasuk misalnya hepatitis B yang diberikan kepada bayi baru lahir. Brasil sukses besar dengan kampanye vaksinasi besar-besaran di masa lalu, memberantas polio pada 1980-an.
Brasil memiliki wabah virus korona terburuk ketiga secara global. Laporan Reuters menyatakan, 5,5 juta kasus terjadi di negara ini, menempatkannya tepat di belakang Amerika Serikat dan India.