REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perhelatan pilpres Amerika Serikat (AS) diwarnai aksi demonstrasi oleh para pendukung dari masing-masing capres. Perpecahan dikhawatirkan akan kian meruncing seiring klaim kemenangan yang telah dilontarkan pejawat Donald Trump dan penantang Joe Biden.
Puluhan pendukung Trump di Detroit menyerukan agar penghitungan suara dihentikan pada Rabu (4/11) malam waktu setempat. "Hentikan penghitungan! Hentikan pemungutan suara!" kata mereka saat menggelar aksi di dekat pusat pemrosesan suara.
Video milik media lokal menunjukkan para pendukung Trump yang marah berkumpul di luar TCF Center dan di dalam lobi. Petugas polisi berbaris untuk mencegah mereka memasuki area penghitungan suara.
Aksi serupa turut digelar di Michigan. Para pendukung Trump menggelar aksi dan menuntut agar penghitungan suara dihentikan. Hal itu terjadi setelah media AS melaporkan bahwa Joe Biden berhasil memenangkan suara elektoral di negara bagian tersebut.
Sebelumnya Trump memang telah menyerukan agar penghitungan suara dihentikan. Dia menuding Partai Demokrat melakukan kecurangan pemilu. Trump menyebut terdapat beberapa negara bagian yang masih menerima surat suara setelah proses pemungutan suara usai.
Para pendukung Joe Biden turut menggelar aksi. Ribuan warga New York turun ke jalan pada Rabu malam. Mereka menuntut agar setiap surat suara dihitung. Mereka melawan seruan pendukung Trump yang menginginkan proses penghitungan dihentikan.
"Kita perlu menghitung setiap suara dalam pemilihan ini. Donald Trump telah mengklaim pemilu sebelum setiap suara dihitung dan kami mengirimkan pesan bahwa itu tidak dapat diterima," kata Sarah Boyagian, anggota Protect The Results Coalition.
Aksi di New York berlangsung damai. Massa bergerak dari Fifth Avenue menuju Washington Square Park di jantung Greenwich Village di Manhattan. Namun kepolisian tetap melakukan pengawalan ketat.
Sekitar 200 orang berkumpul di Balai Kota Oakland pada Rabu. Sama seperti di New York, mereka mendesak pejabat negara bagian untuk menghitung setiap surat suara. "Kepentingan kami hari ini adalah menghitung setiap suara. Mendukung demokrasi. Hitung setiap suara," kata Mary Foran, yang memilih Biden.
Jose Bernal, seorang penyelenggara aksi di Oakland bersama Ella Baker Center for Human Rights mengaku mengkhawatirkan apa yang bakal terjadi pasca-pilpres. "Kami adalah satu komunitas, kami akan berdiri teguh dan kami akan mempertahankan setiap bagian dari demokrasi yang kami miliki. Itulah yang ingin kami lakukan di sini. Itulah tujuan kami," katanya.
Trump telah mengklaim memenangkan pilpres AS. "Kami akan memenangkan ini dan sejauh yang saya perhatikan, kami sudah memenangkannya," kata Trump pada Selasa (3/11).
Dia mengisyaratkan tidak akan menerima kemenangan Biden. Trump siap membawa sengketa hasil pilpres ke Mahkamah Agung AS. "Terus terang kita telah memenangkan pemilihan ini. Jadi kita akan pergi ke Mahkamah Agung AS. Kita ingin semua pemungutan suara dihentikan," ujarnya saat berbicara kepada para pendukungnya di East Room White House.
Berbeda dengan Trump, Biden bersikap lebih berhati-hati. "Ini belum berakhir sampai setiap suara dihitung," katanya.
Kendati demikian, Biden optimistis memenangkan pilpres. "Saya di sini untuk memberi tahu Anda malam ini bahwa kami yakin kami berada di jalur yang tepat untuk memenangkan pemilihan ini. Saya optimis tentang hasil ini," kata Biden kepada para pendukungnya di luar Chase Center di Wilmington, Delaware, pada Selasa, dikutip laman CBS.
Hingga Kamis siang Joe Biden telah meraih 264 suara elektoral. Dia hanya membutuhkan tambahan enam suara elektoral untuk menjadi orang pertama di Gedung Putih. Sementara Trump telah mengumpulkan 214 suara elektoral.
Secara keseluruhan terdapat 538 suara elektoral yang dialokasikan untuk 50 negara bagian dan District of Colombia. Seorang kandidat harus memenangkan 270 di antaranya untuk terpilih sebagai presiden AS.