REPUBLIKA.CO.ID, CLARK COUNTY -- Petugas pemilihan umum mengatakan mereka mengkhawatirkan keselamatan staf. Ini karena adanya ancaman dari pengunjuk rasa yang berkumpul di depan pintu gedung penghitungan suara.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeklaim adanya kecurangan dalam pemilihan presiden. Namun ia tidak membuktikan hal tersebut.
"Dapat saya katakan istri dan ibu saya sangat mengkhawatirkan saya," kata petugas pemungutan suara Clark County, Nevada, Joe Gloria, Jumat (6/11).
Ia mengatakan stafnya memperketat keamanan dan melacak mobil yang keluar-masuk gedung penghitungan suara. Gloria menambahkan ia dan rekan-rekannya tidak akan berhenti 'melakukan tugas kami dan menghitung suara'.
Sekelompok pendukung Trump berkumpul di pusat tabulasi suara di Phoenix, Detroit, dan Philadelphia. Mereka mengancam tempat-tempat di mana kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden unggul dalam perolehan suara.
Sementara pengunjuk rasa belum benar-benar melakukan tindak kekerasan atau dalam jumlah yang sangat besar, petugas pemilihan sudah sangat tertekan dan mengkhawatirkan tuduhan tanpa dasar dari Trump. Jaksa Agung Michigan Dana Nessel mencicit di Twitter. Ia meminta masyarakat 'berhenti menelpon untuk mengancam dan melecehkan' staf-stafnya.
"Meminta mereka untuk menghapus bekas tulisan spidol di tempat tidak nyaman tidak pernah pantas dan merupakan uraian yang menyedihkan di negara bagian negara kami," tulis Nessel.
Ia menyinggung teori konspirasi pendukung Trump. Pemilih diminta menulis surat suara dengan spidol dan bukannya pulpen agar suara mereka tidak dapat dihitung mesin.
Sekretaris Negara Bagian Arizona Katie Hobbs mengatakan di CNN, ia khawatir dengan keselamatan petugas pemungutan suara. Akan tetapi sheriff sudah menyediakan perlindungan. Ia mengatakan pengunjuk rasa 'mengakibatkan penangguhan dan disrupsi dan mencegah petugas melakukan pekerjaan mereka'.