Ahad 08 Nov 2020 14:32 WIB

Joe Biden Diprediksi Bawa AS Kembali ke Dunia Internasional

Joe Biden diprediksi ingin menghadirkan lagi kepemimpinan AS di dunia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Calon presiden Amerika Serikat dari partai Demokrat, Joe Biden
Foto: AP/Carolyn Kaster
Calon presiden Amerika Serikat dari partai Demokrat, Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden diproyeksikan memenangkan pemilihan presiden AS melawan capres pejawat Donald Trump setelah mengumpulkan lebih dari 270 suara elektoral. Saat dipimpin Joe Biden, AS diprediksi mengubah kebijakan politik luar negeri.

Pengamat Politik Internasional Arya Sandhiyudha memprediksi, sebagai presiden, Biden akan mengubah secara fundamental arah AS dalam politik luar negerinya. 

Baca Juga

"Biden akan kembali membawa AS lebih internasionalis, dibandingkan Trump yang isolasionis kemarin," ujar Arya kepada Republika.co.id, Ahad (8/11).

Menurut Arya, AS akan kembali berkomitmen dengan beberapa perjanjian internasional, lebih aktif berperan di Asia Pasifik dan Timur Tengah, dan lebih konsisten dalam pola yang ada. Kepemimpinan Biden dan Kamala Harris akan lebih tertata dibandingkan Trump yang banyak menarik diri dan pendekatannya cenderung tidak menentu.

Arya menyebutkan Biden akan punya pendekatan baru terhadap China. "Biden akan membuka kembali persoalan kamp konsentrasi Muslim Uighur di Xinjiang, selain melanjutkan  perang tarif dengan modifikasi tertentu. Biden juga akan mempermasalahkan demokrasi Hong Kong," ujar Arya.

Menurut Arya kemauan Biden akan lebih mudah dimengerti, terlebih soal China. "Kalau China yang menginginkan stabilitas kawasan, tidak terlalu rumit untuk memahaminya, tetapi ini bukan jaminan Biden akan menggunakan pendekatan yang lunak (soft approach) apabila China sebagai pesaing strategis di kawasan dianggap sudah melampaui ambang batas agresifitas di Laut China Selatan," kata dia.

Pada masa kepresidenan Trump, China begitu meningkat kepercayaan dirinya pada klaim sejarah di Laut China Selatan. Arya mengatakan bahwa reputasi kepemimpinan demokrasi global AS agak pudar dengan kejenakaan Trump.

"Meski kita juga tidak boleh melebih-lebihkan kerusakan itu karena Trump, sebab sebagai Presiden setidaknya Trump sukses menahan AS untuk tidak berperang atau menginvasi," katanya.

Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) itu melihat perubahan pendekatan AS terhadap China ini yang akan berdampak pada Indonesia. Sebab, di Indonesia akan dilirik sebagai pemimpin tradisional Asia Tenggara yang akan menentukan kompetisi AS dengan China dan arah transisi hegemonik di kawasan Asia Pasifik.

Pada 2016, Trump memenangkan kursi kepresidenan yang menyerukan "America First" dan kemudian dengan cepat menarik AS dari beberapa perjanjian internasional. Maka, terpilihnya Biden sebagai Presiden dia akan mengembalikan komitmen pada kerja sama internasional. 

Arya menyebutnya dengan istilah internasionalisme Biden akan menggantikan isolasionisme Trump. Semisal dalam isu NATO, Biden akan kembali menjadikannya organisasi kemitraan internasional sangat penting. Reorientasi Timur Tengah akan terjadi, termasuk terhadap Turki.

Arya mencatat bahwa Trump cenderung menjauh dari beberapa upaya internasional dan beberapa organisasi. Trump menarik AS dari Perjanjian Paris tentang iklim, juga menarik AS keluar dari kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership, atau TPP, dan memotong dukungan keuangan untuk Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. 

"Sepertinya, Biden akan kembali membawa AS mendukung kesepakatan iklim Paris dan menghidupkan lagi cita-cita TPP, Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif dan akan kembali mendukung WHO dan berusaha memimpin upaya global menghadapi Pandemi Covid-19," kata dia.

Menuru Arya, Biden ingin menghadirkan lagi kepemimpinan AS di dunia. Termasuk kehadiran di ragam arena dan kebijakan terkait Asia Timur, Asia Tenggara. 

"Bagi Indonesia, kita menantikan kehangatan Obama yang punya memori kecil dengan Indonesia hadir lagi di era Biden," kata Arya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement