REPUBLIKA.CO.ID, BAKU - Warga Azerbaijan yang 28 tahun lalu terusir dari Karabakh akibat pendudukan Armenia, kini sangat gembira melihat impian mereka menjadi kenyataan setelah tentara Azerbaijan memenangkan peperangan beberapa minggu terakhir. Secara khusus, pengembalian kota Shusha di Karabakh kepada pemiliknya oleh tentara Azerbaijan memiliki kepentingan simbolis. Kota ini memiliki sejarah berdarah.
Ketika penduduk diusir dari tanah mereka oleh tentara Armenia yang menyerang, mereka harus mengungsi ke rumah keluarga dan teman mereka di seluruh Azerbaijan.
Hamlet Meherremov harus meninggalkan rumah mereka di Shusha bersama istri dan ketiga anaknya pada 1992 ketika perang meletus. Sekarang mereka tinggal menunggu waktu sampai mereka kembali ke rumah mereka di sana, kata Meherremov kepada cucunya.
"Bagiku, Shusha adalah Azerbaijan," tegas dia.
Istrinya, Sugayet Medetova, mengatakan dirinya tidak pernah kehilangan harapan untuk kembali. "Saya melihat momen ini dalam mimpi saya berkali-kali".
Dia mengatakan mereka hanya menunggu pengumuman dari Presiden Ilham Aliyev untuk memulai perjalanan pulang. Keluarga Hasanova telah merayakan kemenangan itu selama berhari-hari, serta mendekorasi rumah mereka dengan bendera Turki dan Azerbaijan.
Mereka mengambil kunci rumah dan dokumen yang membuktikan kepemilikan mereka dari brankas setelah beberapa dekade. Beybala Hasanova, sesepuh keluarga, sibuk bercerita kepada cucunya tentang kehidupan di kota leluhurnya.
Dia menyimpan kunci rumahnya selama bertahun-tahun dengan harapan bisa kembali suatu hari nanti. Istri Beybala, Gulabe Hasanova, turut menceritakan kebahagiaannya.
"Rumah kami di Baku nyaman. Tapi hati kami ada di Shusha," tutur Gulabe.
Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 permukiman dan desanya dari pendudukan Armenia dalam beberapa minggu terakhir. Hubungan antara negara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Bentrokan baru meletus 27 September dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia enam minggu kemudian.