REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kelompok Oposisi Iran dicurigai bekerja bersama Israel dalam pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh. Kelompok yang dicurigai disebut dengan istilah Monafeghin, yang digunakan para pejabat untuk merujuk pada Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI).
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, mengatakan kepada TV pemerintah, bahwa pembunuhan ini sangat rumit masalahnya yang dilakukan dari jarak jauh dengan perangkat elektronik. "Kami memiliki beberapa petunjuk, namun pasti kelompok 'Monafeghin' terlibat dan elemen kriminal di baliknya adalah rezim Zionis (Israel) dan Mossad," ujarnya mengacu pada dinas intelijen luar negeri Israel.
Monafeghin adalah istilah yang digunakan para pejabat untuk merujuk pada Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI) yang berbasis di Paris. Kelompok itu adalah sebuah blok oposisi di pengasingan yang berupaya mengakhiri pemerintahan pendukung Khamenei.
Sementara itu, Press TV melaporkan bahwa senjata yang digunakan dalam pembunuhan Jumat lalu dibuat di Israel. "Senjata yang dikumpulkan dari lokasi aksi teroris memiliki logo dan spesifikasi industri militer Israel," kata sumber yang tidak disebutkan namanya kepada Press TV.
Hingga kini, belum ada jawaban langsung dari pejabat Israel yang bisa dihubungi untuk mengomentari laporan tersebut. Berbicara sebelum laporan Press TV, menteri intelijen Israel Eli Cohen mengatakan kepada stasiun radio 103 FM bahwa dia tidak tahu siapa yang bertanggung jawab.
"Kami memiliki supremasi intelijen regional, dan dalam hal ini kami siap, kami meningkatkan kewaspadaan, di tempat-tempat yang diperlukan," kata dia.
Fakhrizadeh dimakamkan di Masjid Emamzade Saleh di Teheran utara pada Senin (30/11) waktu setempat. Menteri Pertahanan negara berjanji bahwa Republik Islam akan membalas pembunuhannya. Para ulama dan penguasa militer Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan Fakhrizadeh.
Kantor berita semi-resmi Iran Fars mengatakan bahwa Fakhrizadeh telah terbunuh oleh senapan mesin yang dioperasikan dengan remote control. Sementara TV berbahasa Arab Al Alam melaporkan senjata yang digunakan dalam serangan itu "dikendalikan oleh satelit".
Harian Kayhan garis keras Iran, yang pemimpin redaksinya disebut oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dalam sebuah opini menyerukan serangan terhadap kota pelabuhan Israel Haifa, jika peran Israel dalam pembunuhan Fakhrizadeh terbukti. Namun, penguasa Iran menyadari kesulitan militer dan politik yang menakutkan dalam menyerang Israel.
Serangan semacam itu juga akan mempersulit upaya apapun oleh Presiden terpilih AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali perjanjian Teheran setelah dia menjabat pada 20 Januari.
Ketegangan meningkat antara Teheran dan Washington sejak 2018, ketika Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia. AS kemudian menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Sebagai pembalasan, Teheran secara bertahap melanggar pembatasan kesepakatan pada program nuklirnya. Biden mengatakan dia akan mengembalikan AS ke kesepakatan jika Iran melanjutkan kepatuhan.
Teheran selalu membantah mencari senjata nuklir. Israel secara luas diyakini memiliki satu-satunya persenjataan nuklir di Timur Tengah, meskipun tidak akan mengkonfirmasi atau menyangkal hal ini.