REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Diskusi soal rincian teknis tentang pembentukan dan tugas Pusat Gabungan Turki-Rusia sudah rampung dan kesepakatan telah ditandatangani pada Selasa (1/12).
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa upaya untuk pembentukan pusat gabungan tersebut dilakukan secepat mungkin, mengingat sebuah nota kesepahaman telah ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar dan rekan sejawatnya dari Rusia, Sergey Shoigu, pada 11 November.
Melalui pusat gabungan di Nagorno-Karabakh, delegasi militer Turki dan Rusia berencana untuk memantau dan mengontrol pelaksanaan gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia. Hubungan antara dua negara bekas Uni Soviet itu tegang sejak 1991, ketika pasukan Armenia menduduki wilayah Nagorno-Karabakh, yang juga dikenal sebagai Upper Karabakh, dan tujuh wilayah berdekatan lainnya.
Bentrokan pun meletus pada 27 September, setelah pasukan Armenia melancarkan serangan ke warga sipil dan tentara Azerbaijan dan melanggar sejumlah kesepakatan gencatan senjata. Selama 44 hari bentrokan, Azerbaijan berhasil membebaskan sejumlah kota dan hampur 300 permukiman dan desa dari pendudukan Armenia.
Pada 10 November, Azerbaijan dan Armenia sepakat meneken kesepakatan yang diperantarai Rusia untuk mengakhiri konflik dan menemukan resolusi yang komprehensif. Gencatan senjata itu dipandang sebagai kemenangan Azerbaijan sekaligus kekalahan bagi Armenia yang harus menarik pasukannya dari wilayah pendudukan.